SOLOPOS.COM - CEO Edushift Indonesia Astrid Widayani bersama perwakilan Pemkot Solo, PHRI, dan Kadin Solo dalam acara launching Edushift.id, Selasa (19/7/2022). (Afifa Enggar Wulandari/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Yayasan Widya Nusantara me-launching platform digital bernama Edushift.id sekaligus merebranding Akademi Pariwisata Widya Nusantara (Akparta) menjadi Surakarta Tourism Academy (STA), Selasa (19/7/2022).

Dalam acara yang berlangsung di nDalem Tjokrosoemartan, Kecamatan Laweyan, Solo tersebut juga diisi dengan Talkshow Hybrid dengan tema Revitalisasi Pendidikan Vokasi di Era Digital.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

CEO Edushift Indonesia Astrid Widayani, dalam materi talkshow mengatakan, disrupsi digital menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Karenanya, sektor pendidikan harus mampu menyesuaikan diri.

“Pendidikan Indonesia saat ini menghadapi disrupsi digital. Dihadapkan tentang bagaimana bertahan dengan beberapa bentuk platform lain selain institusi pendidikan formal. Muncul banyak kursus, kelas online yang bisa dilakukan kapan saja,” jelas Astrid.

Menurutnya, Edushift.id marketplace pertama di Indonesia yang menawarkan berbagai pelatihan dan sertifikasi untuk mendukung karir dan menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja. Edushift dinilai menjadi sebuah solusi integrated digital system yang memadukan antara strategi internal institusi dan output lulusan pendidikan.

“Kami percaya bahwa pendidikan di masa depan akan bergerak menuju based on competencies,” jelasnya.

Baca Juga: Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Sragen

Edushift juga dirancang sebagai penghubung antara para pencari kerja dan dunia tenaga kerja. Tantangan dan kebutuhan tenaga kerja belum banyak dipenuhi oleh para pencari kerja atau pun perusahaan.

“Edushift.id menghadirkan banyak pilihan pelatihan sertifikasi sekaligus informasi lowongan kerja yang sesuai dengan kopetensi bidang yang dimiliki calon tenaga kerja. Edushift.id juga menjadi wadah bagi perusahaan untuk mencari tenaga kerja yang berkualifikasi,“ ujar Astrid. 

Sementara Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Budi Hartawan menggambarkan profil ketenagakerjaan umum di Indonesia. Setidaknya saat ini masih ada 8,4 juta jiwa masih menganggur dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,83 persen.

“Pada Februari 2022 tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan saat pandemi Covid-19 dan belum bisa kembali seperti semula. Pada 2020 kurang lebih sebesar 4,8 persen,” jelasnya.

Baca Juga: Sudah Saatnya Perguruan Tinggi Desain Ulang Kurikulum, Ini Alasannya

Menurutnya, ada beberapa tantangan ketenagakerjaan. Sektor informal masih mendominasi angkatan kerja di Indonesia. Sehingga pelatihan-pelatihan vokasi diarahkan bagi penduduk yang bekerja dan akan berwirausaha.

“Karena sektor formal [40,03 persen] belum bisa menyerap [tenaga kerja] seluruhnya,” imbuh dia.

Sementara pakar pendidikan vokasi, Wikan Sakarinto mengatakan calon tenaga kerja harus memiliki kompetensi yang cukup ketika akan masuk dunia kerja.

Persaingan yang semakin global membuat tingkat persaingan antar calon tenaga kerja semakin tinggi. Di situlah ia menilai pentingnya pelatihan vokasi sebagai penunjang skill para pencari kerja. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya