SOLOPOS.COM - Tangkap layar google maps kawasan bundaran Solo Baru, Sukohajo, yang dulunya menjadi kompleks Cinema 21 (segitiga kuning). (Solopos.com/Tiara Surya Madani).

Solopos.com, SUKOHARJO – Masyarakat Sukoharjo patut berbangga hati karena pernah miliki bioskop yang diklaim sebagai kompleks bioskop termegah dan mewah pertama di Indonesia yakni Atrium 21.

Kompleks tersebut tepatnya berada di kawasan bundaran Solo Baru, Sukoharjo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pegiat sejarah sari Surakarta Heritage Society (SHS), Ari Headbang, menjelaskan kepada Solopos.com mengenai gambaran kemegahan bioskop tersebut saat diwawancara, Selasa (2/8/2022).

Ari mengatakan Atrium 21 diresmikan pada 25 desember 1989. Proyek spektakuler tersebut dikebut empat bulan dengan luas area 16,596.67 m² berdasarkan pengukuran Google Earth.

Atrium 21 di Sukoharjo dinobatkan sebagai bioskop termegah, termewah, dan terlengkap pertama di Indonesia dengan delapan studio dalam satu gedung.

Baca juga: Beroperasi Sebelum RI Merdeka, Di Sini Lokasi Bioskop Schouwburg Solo

“Area itu bahkan ditengarai sebagai termegah di Asia Tenggara. Bioskop kelas 1 karena memutar film baru dilengkapi dengan fasilitas lain,” kata Ari.

“Dulu kalau mau nonton ke Atrium tinggal memilih filmnya apa, fasilitas mewah, sering mengadakan kuis. Berani memberikan hadiah di midnight show,” Lanjut Ari.

“Pemutaran film lolos sensor dapat diputar di manapun. Kategori film dewasa 17 tahun ke atas, 21 tahun ke atas, 13 tahun ke atas, dan segala umur. Kategori 21 ke atas ada konten kekerasan, adegan erotis, dan grade sejenisnya,” terang Ari.

“Awal 70an belum boleh nonton dewasa, kalau 70-80an menurut pengalaman saya ada yang nekat menonton asal beli tiket,” lanjut Ari.

Era keemasan bioskop tersebut yakni pada  1989 hingga 1998. Pada 1998 kompleks bioskop di Solo Baru, Sukoharjo yang juga diklaim termegah hingga se-Asia Tenggara itu menjadi korban kerusuhan Mei karena dibakar masa.

Baca juga: Tahukah Anda? Ini Bioskop Pertama di Solo

Kejadian menjadi penyebab bioskop mangkrak hingga diratakan dengan tanah. Pada zaman dulu, menonton film merupakan hiburan kalangan menengah ke atas.

“Bioskop adalah hiburan prestise karena tidak semua orang dapat menikmati. Karena seni pertunjukan pada zaman itu adalah sebuah kehormatan,” lanjut Ari.

Sebelum era cineplex dalam satu studio ada pembatas, terdapat tiga kelas penonton. Paling depan merupakan kursi dengan harga tiket paling murah.

Pada era sebelum cineplex kursi bioskop berjumlah ribuan. Tiap bioskop memiliki film khas yang diputar.

Pencinta film asal Madegondo, Grogol, Sukoharjo, Sambudi, 53, menceritakan kemegahan Atrium 21 di Solo Baru Sukoharjo kepada Solopos.com, Rabu (4/8/2022).

Baca juga: Bioskop Solo Menggeliat, Mulai Dibanjiri Promosi Film Layar Lebar

“Tiap malam minggu saya sering menonton film di Atrium 21. tidak hanya film, tapi ada permainan. Kalau malam minggu pas judul filmnya bagus nonton, kalau tidak ada main game,” kata dia.

“Berhenti beroperasi karena reformasi 1998, gedung dibakar oleh masa, gedungnya menganggur kemudian diratakan. Sebelumnya ada atrium karaoke namun sudah pindah ke lahan depan kawasan Atrium 21,” jelasnya lagi.

Sambudi sering menonton film action dari luar negeri di bioskop tersebut. “Ada semacam tabel memilih kursi nomor berapa, jika laku dicoret. film paling berkesan action,” terangnya.

Setelah kerusuhan Mei 1998 yang merambat hingga Solo Baru Sukoharjo, penutupan Cinema 21 tak hanya berdampak pada kompleks megah tersebut.

Setelah gedung tidak beroperasi, pedagang di area sekitar juga turut merasakan kerugian. Namun seiring berjalannya waktu dibangunnya kawasan Solo Baru, ekonomi warga kembali bangkit.

Baca juga: Hore! Bioskop di Sukoharjo Segera Beroperasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya