SOLOPOS.COM - Nelayan beraktivitas di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Rabu (27/4/2022). Sebagian warga di sekitar waduk itu mengandalkan ekonomi keluarga mereka dari aktivitas pemanfaatan Rawa Jombor. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Penataan dan revitalisasi Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten terus bergulir. Selain mengembalikan fungsi waduk sebagai tangkapan air dan sumber irigasi, Rawa Jombor digadang-gadang menjadi destinasi wisata unggulan yang tak kalah dibandingkan Telaga Sarangan, Jatim.

Pembersihan kawasan waduk sudah dimulai sejak 2021. Warung apung tak lagi diizinkan berada di kawasan perairan. Para pengusaha sudah disiapkan lokasi pemindahan menempati Plaza Kuliner yang dibangun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alhasil, warung apung kini tinggal kenangan setelah dibongkar oleh masing-masing pemiliknya. Sekitar 14 eks pengusaha warung apung kini membuka usaha di tempat baru di daratan, Plaza Kuliner Taman Nyi Ageng Rakit. Mereka masih menyajikan menu andalan olahan ikan air tawar ditambah variasi menu kuliner kekinian.

Pun halnya dengan karamba tempat budi daya ikan yang selama bertahun-tahun berada di perairan waduk itu. Karamba mulai dibongkar para pemiliknya sejak 2021 lalu.

Berbeda dengan warung apung, pemanfaatan perairan Rawa Jombor untuk karamba tetap diizinkan. Namun pemanfaatan sebagai karamba bakal dibatasi. Nantinya akan ada zonasi kawasan karamba. Luasannya 5% dari total luas waduk sekitar 186 ha yang juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pemancingan.

Baca Juga: Edan! Hamparan Eceng Gondok Rawa Jombor Hampir 2 Kali Stadion Manahan

Ketua Komunitas Jogo Rawa Jombor (Jogorojo), Darminto, mengatakan hingga kini belum ada penetapan zonasi 5% khusus karamba. Warga pemanfaat masih menunggu penetapan tersebut dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Darminto yang juga pembudi daya ikan dengan karamba berharap seluruh kegiatan pemanfaatan Rawa Jombor lebih ditertibkan lagi. Dia pun tak masalah jika kegiatan pemanfaatan harus berizin.

Darminto mengakui dengan penetapan zonasi, jumlah karamba yang dimiliki bakal jauh lebih sedikit.

“Dengan semua tertata, dampaknya untuk kemajuan masyarakat di sekitarnya,” kata Darminto saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (27/4/2022).

Nelayan yang juga petani karamba Rawa Jombor, Sujino, 70, hanya berharap masih bisa budi daya ikan seiring penataan dan revitalisasi Rawa Jombor. Pasalnya, waduk itu menjadi ladang pencaharian sebagian warga Krakitan.

Baca Juga: Kisah Ribuan Tapol Lebarkan Tanggul Rawa Jombor, Berontak Bisa Ditembak

“Kabarnya mau ditata untuk wisata, tetapi wisata seperti apa saya belum tahu. Warga tidak punya keinginan apa-apa yang penting masih bisa beraktivitas [ekonomi] di Rawa Jombor,” kata dia.

Wisata Unggulan

Ketua Paguyuban Perahu Wisata Tradisional Rawa Jombor, Sutomo, mengakui revitalisasi waduk akan menjadikan Rawa Jombor sebagai destinasi wisata unggulan di waktu mendatang. Nantinya, Rawa Jombor akan dilengkapi dermaga.

“Kalau melihat wacana masterplan Rawa Jombor bagus sekali. Kami sangat mendukung dengan gambaran itu. Harapan kami, revitalisasi dan pembangunan tetap berlanjut. Bagaimanapun kami sebagai warga kesehariannya hidup dari rawa. Saya dibesarkan oleh ayah saya hasil rezeki dari rawa. Begitu pula saya menghidupi anak-anak saya mayoritas bersumber dari aktivitas di rawa ini,” kata dia.

Kepala BBWSBS, Agus Rudiyanto, mengatakan program revitalisasi Rawa Jombor bakal berlanjut pada 2022. Sudah disiapkan anggaran Rp4 miliar guna melanjutkan proyek revitalisasi tahun ini dengan salah satu kegiatan melanjutkan pembangunan pedestrian keliling Rawa Jombor.

“Ini sudah viral dimana-mana. Nanti ini tidak kalah dengan Sarangan. Kalau sudah bersih, nanti ditata seperti waduk lainnya. Bertahap lah,” ungkap Agus saat ditemui di Rawa Jombor, Jumat (19/11/2021).

Baca Juga: Rawa Jombor, Objek Wisata Tiada Duanya di Antara Solo-Jogja

Bupati Klaten, Sri Mulyani, dalam beberapa kali kesempatan mendorong agar pemerintah pusat mengalokasikan anggaran untuk merampungkan program penataan dan reviltalisasi Rawa Jombor.

Pada 2021, sedianya pemerintah pusat mengalokasikan anggaran sekitar Rp100 miliar melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) untuk program penataan dan revitalisasi Rawa Jombor. Namun, anggaran tersebut terkena refocussing anggaran untuk penanganan Covid-19 hingga alokasi anggaran menjadi sekitar Rp22,5 miliar.

“Penuntasan revitalisasi diharapkan bisa mengubah wajah Rawa Jombor. Selain mengembalikan fungsi waduk sebagai tangkapan air dan sumber irigasi juga menjadi destinasi wisata unggulan,” katanya.

Bayat Purba

Menurut hasil penelitian pakar lingkungan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Suratman, mengatakan Rawa Jombor termasuk bagian dari warisan geologi yang disebut Bayat Purba. Tempat itu telah lama terbentuk dan berpotensi sebagai situs geologi dan dapat menjadi warisan dunia. Untuk itu, diperlukan langkah konservasi guna merawatnya.

Baca Juga: Rawa Jombor Klaten Bermula dari Perkampungan yang Sering Tergenang Air

“Sesuai dengan pengelolaannya oleh BBWSBS, konservasinya diarahkan untuk irigasi dan ketahanan pangan. Kemudian, Rawa Jombor akan dijadikan wahana edukasi,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (22/4/2022).



Edukasi yang ia maksud berkaitan dengan pelestarian budaya rawa yang telah lama ada. Flora fauna di Rawa Jombor, seperti ikan dan kangkung.

“Kami akan pulihkan ekosistem itu dengan mindset pemberdayaan, edukasi, dan pelestarian. Sehingga definisi rawa itu kelihatan airnya menjadi nyata. Bukan eceng gondok, warung apung, dan karamba,” kata Prof. Suratman.

Ekonomi Kreatif

Sedangkan sebagai pengganti pemanfaatan ekonomi, lanjut Prof. Suratman, pengalihannya bisa melalui wisata bahari, yaitu pengadaan perahu wisata, festival, dan pembangunan taman-taman. Selain itu, tanggul rawa juga dapat dijadikan sebagai jogging track dan bersepeda.

“Jadi fungsinya kami perluas melalui konsep ekonomi kreatif,” ungkapnya.

Baca Juga: Gumuk Mbah Bonggolo, Jejak Perkampungan di Rawa Jombor Klaten

Ia mengatakan, pembangunan taman yang sempat dikerjakan, yaitu Taman Ki Ageng Rakit dan Ki Ageng Pandanaran. Hal itu bakal menjadi ikon Rawa Jombor ke depan.

Selain itu juga untuk membangkitkan budaya memancing dan menjala. Untuk mengerjakan semua itu, Suratman mengaku harus memerlukan kerja sama dan kolaborasi sejumlah pihak.

“Ada komunitas, pemerintah, akademisi, bisnis, industri, media, dan penyandang dana,” ucapnya.

Di sisi lain, pengelolaan Rawa Jombor masih menyisakan pekerjaan rumah. Agenda literasi menyadarkan masing-masing seluruh pihak agar peduli terhadap rawa perlu terus digencarkan. Edukasi tentang tidak merusak rawa melainkan menjaga dan menjadikan Rawa Jombor tetap produktif.

“Kerusakan Rawa Jombor itu lebih banyak disebabkan faktor manusia daripada lingkungan,” kata Prof. Suratman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya