Solopos.com, SOLO — Seorang perempuan pegiat lingkungan asal RT 002/RW 008, Kampung Yosoroto, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Solo, Denok Marty Astuti, meraih penghargaan Peringkat 2 Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan Jateng. Penghargaan diterima pada Sabtu (26/6/2022).
Denok merupakan pegiat bank sampah di Soloraya. Gagasan Denok mengenai Bank Sampah Portabel juga dilirik peserta Kongres Sampah II bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Kiprah dan gagasannya mengenai Bank Sampah Portabel tak perlu dipertanyakan lagi. Setidaknya ia telah mendirikan 135 unit Bank Sampah Portabel di Soloraya.
“Saya baru delapan tahun [menjadi pegiat bank sampah]. Di Soloraya saya membangun bank sampah portabel 135 unit. Pak Ganjar juga sempat bertanya itu apa,” tutur perempuan yang raih penghargaan Kalpataru Jateng itu saat berbincang dengan Solopos.com di Solo, Selasa (28/6/2022) siang.
Baca Juga: Wah, Bank Sampah RW 008 Purwosari Solo Kurangi 2 Ton Sampah per Bulan
Penghargaan Kalpataru diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup minimal selama lima tahun. Kegiatannya juga harus berdampak positif pada pelestarian lingkungan hidup.
Penghargaan Kalpataru yang diraih perempuan asal Purwosari, Solo, itu diserahkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, bersamaan dengan acara Kongres Sampah II Jateng di Paseban Candi Kembar, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten.
“Saya menerima Penghargaan Kalpataru kategori pembina lingkungan hidup, jadi peringkat 2. Diberikan bersamaan dengan Kongres Sampah di Bugisan, dekat Candi Plaosan, Klaten,” tutur Denok.
Baca Juga: 4 Tahun Nabung di Bank Sampah, Warga Purwosari Solo Kumpulkan Rp16 Juta
Keresahan
Ada keresahan dalam diri Denok. Ia mengaku sulit menemukan pegiat lingkungan yang bergerak kencang dalam kegiatan dan wacana ekologi. Denok menyampaikan ada empat kategori Penghargaan Kalpataru.
Keempat kategori itu yakni Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingungan, dan Pembina Lingkungan. Ia sendiri menyabet juara 2 kategori Pembina Lingkungan.
“Harus diakui Solo kesulitan mencari pegiat yang geraknya kencang ya, perlu saya sampaikan ada beberapa kategori. Ini bisa jadi pengetahuan bagi masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga: Agar Maksimal, Papi Sarimah Solo Harus Ditopang Bank Sampah di Tiap RW
Denok yang pernah bekerja di salah satu perusahaan berskala multinasional, sejak 2014 memilih berjalan dan bergelut dengan urusan sampah di kampung halamannya di Solo.
Ia telah delapan tahun mendampingi narapidana dan sipir di Rutan Solo untuk mengelola lingkungan.