SOLOPOS.COM - Kawasan sekitar Jembatan Mojo, Pasar Kliwon, Solo, yang konon merupakan kota pelabuhan di pinggir Sungai Bengawan Solo pada abad ke-19. Foto diambil Sabtu (21/5/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Bantaran sungai di Kelurahan Semanggi/Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, ternyata merupakan kota pelabuhan pada era 1800-an atau abad ke-19 lalu. Hal ini tidak lepas dari keberadaan dermaga yang kini menyisakan gapura di bawah Jembatan Mojo.

Hal itu disampaikan budayawan Kecamatan Pasar Kliwon, KRT Joko Wiranto Adi Nagaro, saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Sabtu (21/5/2022) sore. Joko menjelaskan sebelum ada jembatan dulunya kawasan itu merupakan bandar atau pelabuhan Sungai Bengawan Solo era 1800-an.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat itu merupakan era Putra Mahkota Paku Buwana (PB) IV Raden Mas Sugandi. “Dulu menjadi kota kecil yang mana menjadi hilir mudik, masuknya para pedagang yang notabene dari mancanegara, termasuk dari Tiongkok dan VOC lewat situ,” katanya.

Menurutnya, akses masuk keluar para pedagang menjadikan kawasan itu berkembang menjadi kota pelabuhan kecil di pinggir Bengawan Solo. Sebelum ada Jembatan Mojo kawasan itu menjadi jalur penyeberangan antara Kota Solo dan Sukoharjo.

“Menyusuri tanggul ke selatan dari jembatan ada jalan tanggul dan replika perahu sebagai bukti sejarah Perahu Rajamala yang dipakai untuk mobilitas di situ sampai ke Madura,” jelasnya.

Baca Juga: Ada Gapura Peninggalan PB X di Jembatan Mojo Solo, Begini Kondisinya

Ia mengatakan Perahu Rajamala merupakan perahu Keraton Solo yang diluncurkan pada 19 Juli 1811 oleh Putra Mahkota PB IV Raden Mas Sugandi. Rajamala merupakan ikon Semanggi/Mojo. Kemudian keraton membangun gapura yang kini berada di bawah Jembatan Mojo pada era PB X.

Selain kota pelabuhan kecil, Joko menyebut di sekitar Jembatan Mojo, Solo, merupakan kawasan budaya. Warga setempat pernah menjadikan kawasan itu sebagai pusat kegiatan kirab budaya tahunan sebelum dibangun parapet Sungai Bengawan Solo. Kegiatan budaya tepatnya berlangsung pada 2012 sampai 2016.

“Kami membuat gelar budaya pada 2009 namun belum punya ikon. Setelah itu pada 2012 kami mulai mengangkat Rajamala. Kami meresmikan ikon budaya Rajamala bareng dengan batik Rajamala tahun 2017,” jelasnya.

Baca Juga: CAGAR BUDAYA SOLO : Tugu PB X di Bawah Jembatan Mojo Ambrol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya