SOLOPOS.COM - Ilustrasi salah satu lokasi trasmigrasi. (Antaranews.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Kabupaten Wonogiri tak memperoleh jatah program transmigrasi di tahun ini. Padahal, animo masyarakat di Kabupaten Sukses mengikuti program tersebut masih sangat tinggi.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Wonogiri, Ristanti, mengatakan pendaftar program transmigrasi di Kabupaten Sukses biasanya selalu melebihi kuota yang tersedia. Lokasi tujuan transmigrasi biasanya di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatra.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tiap tahun Disnaker Wonogiri menempatkan transmigran ke luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera. Tapi tahun ini tidak mendapatkan kuota program transmigrasi dari pemerintah pusat dan provinsi,” kata Ristanti saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Kamis (28/7/2022).

Ristanti mengatakan program transmigrasi merupakan program pemerintah pusat. Selanjutnya, pemerintah pusat memberikan kuota kepada masing-masing provinsi.

Pemprov membagikan kuota tersebut kepada kabupaten/kota. Kali terakhir, Kabupaten Wonogiri menempatkan transmigran tahun 2021 dengan daerah tujuan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Sejarah Alotnya Transmigrasi Bedol Desa Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

“Lantaran keterbatasan anggaran, mulai tahun ini Kabupaten Wonogiri tidak dapat jatah program transmigrasi. Sebenarnya peminatnya masih banyak. Tidak sedikit warga yang tanya-tanya [transmigrasi] ke sini. Anggaran dari pusat mengalami refocusing,” ujar dia.

Mereka yang mengikuti program transmigrasi merupakan kalangan masyarakat kelas menengah bawah. Di tempat tujuan transmigrasi, para transmigran diberikan rumah dan lahan produksi untuk digarap (luas minimal 1 hektare per keluarga). Selama satu tahun pertama, transmigran diberikan jatah hidup berupa sembako. Tak ayal, program ini menjadi solusi instan bagi mereka yang belum memiliki rumah, pekerjaan, dan lahan di tempat asal.

Sebelum transmigran berangkat ke tempat tujuan, terlebih dahulu diberi pelatihan keterampilan selain bertani. Biasanya, Disnaker Wonogiri memberikan pelatihan praktis, seperti membuat bakso dan mi ayam khas Wonogiri selama satu hingga dua hari. Calon transmigran juga menerima pelatihan dari pemerintah pusat selama satu pekan.

“Program transmigrasi diberikan kepada warga yang sudah berkeluarga. Selama ini tidak ada kasus transmigran dari Wonogiri yang kembali/pulang ke Jawa. Mereka betah di sana. Kecuali satu, tapi sudah lama. Itu pun karena faktor X, katanya dinakali tetua di sana terus pilih pulang,” ucap Ristanti.

Baca Juga: Patung Bedol Desa Wonogiri dan Peristiwa Bersejarah di Baliknya

Para transmigran Wonogiri betah di tempat tujuan karena mereka cukup mudah mendapatkan penghasilan. Transmigran yang rumahnya dekat dengan perusahaan sawit biasanya lahan produksi yang dimiliki ditanami sawit. Sedangkan lahan pekarangan ditanami sayur atau buah untuk konsumsi sendiri.

“Di sana dapat Rp100.000/hari itu mudah sekali,” kata Ristanti.

Sub Koordinator Penempatan Tenaga Kerja Disnaker Wonogiri, Joko Prihaarjanto, mengatakan para transmigran biasanya bekerja sebagai petani karena memiliki lahan produksi. Luas lahan produksi 1,75 hektare. Sementara lahan pekarangan 0,25 hektare. Total tanah yang bisa digunakan mencapai 2 hektare.

“Para transmigran baru bisa memiliki sertifikat hak milik atau SHM kalau sudah menempati lahan itu minimal selama lima tahun. Kalau langsung diberikan SHM takutnya kalau enggak betah nanti tanahnya malah dijual,” tutur Joko.

Baca Juga: Desa Sendang Wonogiri Terbaik, Keterbukaan Pangkal Kesejahteraan

Dia mengatakan hampir setiap tahun Disnaker menempatkan transmigran ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 2016 sebanyak 10 keluarga transmigrasi ke Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Di tahun 2017, empat keluarga transmigrasi ke Kabupaten Bulungan. Memasuki tahun 2018, empat keluarga transmigrasi ke Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Pada 2019, sebanyak lima keluarga transmigrasi ke Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Pada tahun yang sama, dua keluarga transmigrasi ke Kabupaten Bulungan.

Animo warga Kabupaten Wonogiri mengikuti program transmigrasi diakui cukup tinggi. Hal itu bisa dilihat dari pendaftar setiap tahunnya.

Baca Juga: Kenapa Dinamakan Waduk Gajah Mungkur? Begini Asal Usulnya

Pada 2017, delapan keluarga telah mendaftar. Tahun 2018 ada 12 keluarga, 2019 ada 12 keluarga, 2020 ada lima keluarga, 2021 ada tiga keluarga, dan 2022 ada sembilan keluarga.

“Tidak semua pendaftar bisa berangkat [transmigrasi] mengingat kuota yang terbatas. Pemilihan keluarga yang akan transmigrasi dilihat dari kebutuhan keluarga tersebut. Disnaker akan mengobservasi langsung ke tempat tinggal keluarga pendaftar untuk menentukan siapa yang paling membutuhkan dan berhak mengikuti program transmigrasi,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya