SOLOPOS.COM - Grafiti writer membuat mural dan grafiti di tembok warga Dusun Bauresan RT 004/RW 001, Kelurahan Giritirto, Wonogiri, Minggu (5/3/2017), dalam acara Write Together #3. (Danur Lambang P/JIBI/Solopos)

Masih ada penilaian negatif tentang grafiti. Wonogiri Street Art berusaha mengubahnya.

Solopos.com, WONOGIRI — Panas matahari terasa begitu menyengat di Dusun Bauresan RT 004/RW 001, Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Minggu (5/3/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun sengatan matahari tidak mengendurkan sekelompok pemuda yang beraktivitas di situ. Berbekal kuas dan cat, mereka menggoreskan cairan warna-warni di kedua sisi tembok di Dusun tersebut. Goresan cat mereka membentuk karya seni berupa mural dan grafiti.

Tangan yang berlumur cat dan sengatan matahari tak menyurutkan sekelompok pemuda tersebut, tak terkecuali Dicky Arif Probo Darmawan. Pemuda asal Klaten itu sengaja datang untuk memeriahkan acara bertajuk Write Together #3 tersebut bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Paint Syndrome Crew.

“Saya kesini diundang sama panitia. Asyik sekali bisa menggambar sekaligus bertemu rekan-rekan grafiti writer dari luar daerah,” ujar dia kepada Solopos.com sembari mengguratkan kuasnya di tembok.

Tengkorak adalah gambar yang dipilih Dicky untuk mengisi tembok salah satu warga yang usang. Tak ada maksud lain kecuali niat menggambar yang ia hadirkan melalui gambar tengkorak tersebut. Dicky merasa senang warga Dusun Baureksan memersilakan temboknya untuk ditumpahi cat yang menghasilkan karya seni.

“Seni mural dan grafiti sampai sekarang masih belum mendapat tempat di masyarakat. Arep ijino koyo opo [Mau minta izin seperti apapun], masyarakat masih memandang sebelah mata seni mural dan grafiti. Padahal ini beda dengan vandalisme,” tuturnya.

Grafiti writer membuat mural dan grafiti di tembok warga Dusun Bauresan RT 004/RW 001, Kelurahan Giritirto, Wonogiri, Minggu (5/3/2017), dalam acara Write Together #3. (Danur Lambang P/JIBI/Solopos)

Grafiti writer membuat mural dan grafiti di tembok warga Dusun Bauresan RT 004/RW 001, Kelurahan Giritirto, Wonogiri, Minggu (5/3/2017), dalam acara Write Together #3. (Danur Lambang P/JIBI/Solopos)

Kali Ketiga

Sementara itu Ketua Panitia Write Together #3, Muhammad Dihyah Al Qolby, mengatakan acara tersebut merupakan kali ketiga yang digelar oleh Wonogiri Street Art. Kedua acara tersebut masing-masing digelar di bekas gudang arang, Kelurahan Wonokarto, Kecamatan Wonogiri dan di bekas Pabrik PT Air Mancur, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

“Melalui acara ini, kami ingin mencoba mengubah sudut pandang masyarakat bahwa mural dan grafiti tidak sama dengan vandalisme. Mural dan grafiti tidak sekadar corat-coret, namun memiliki nilai estetika dan seni. Dan ini kami lakukan atas seizin warga setempat. Tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada malam hari,” ucapnya.

Sebanyak 55 grafiti writer dari Salatiga, Semarang, Klaten, Jogja, Solo, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, dan Purwodadi  mengikuti acara tersebut. Masing-masing dari mereka mendapat jatah tembok sepanjang 2,5 meter (m) sebagai kanvas.

“Kami sudah meminta izin dari warga setempat dan memebrikan surat pemberitahuan kepada kepolisian. Respons dari warga sekitar cukup bagus. Semoga tahun-tahun mendatang acara serupa bisa digelar lagi,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya