SOLOPOS.COM - Ilustrasi Stunting (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri optimistis dapat menekan angka stunting hingga 0% di tahun 2024. Pemkab bakal menggelar Deklarasi Percepatan Penurunan Angka Stunting di pendapa rumah dinas (rumdin) bupati Wonogiri, kompleks Setda Wonogiri, Selasa (19/4/2022).

Rencana deklarasi tersebut mengundang sejumlah tokoh dan elemen masyarakat di Wonogiri. Di antaranya, Ikatan Mahasiswa Berprestasi (Imapres), tokoh masyarakat (tomas), dan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB P3A), Mubarok, mengatakan target 0% angka stunting di tahun 2024 merupakan target realistis.

Baca Juga: BKKBN: Dari 100 Orang di Indonesia, 24 Orang di antara Alami Stunting

Angka stunting di Wonogiri telah dinyatakan paling rendah se-Jawa Tengah. Upaya menurunkan angka stunting mencapai 0% dilakukan melalui pemetaan zona stunting dan merilis aplikasi.

“Kami akan memetakan zona merah, kuning dan hijau. Prioritas penanganannya ada pada daerah zona merah. Nantinya akan kami jadwalkan mendatangi daerah itu. Mengumpulkan remaja, ibu hamil, dan ibu yang memiliki bayi berusia di bawah satu tahun. Mereka akan mendapat sosialisasi [angka stunting di Wonogiri masih mencapai 14 persen atau 4.000 anak],” katanya saat ditemui di kantornya, Selasa (12/4/2022).

Mubarok mengatakan masih banyak masyarakat di Wonogiri yang belum memahami stunting. Melalui aplikasi berupa inovasi yang disiapkan diharapkan dapat memudahkan warga mengecek stunting.

Baca Juga: Stunting Masalah Extraordinary, Jekek: Harus Dikeroyok Bareng-Bareng

“Akan ada aplikasi baru. Inovasi agar masyarakat bisa memeriksakan dirinya sendiri bernama Siber (Sikat Bersih) Stunting. Aplikasi itu untuk mengecek apakah gizinya cukup. Sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan stunting di Wonogiri,” jelasnya.

Memeriksa Calon Pengantin

Mubarok mengatakan peran KUA di Wonogiri juga sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya stunting pada calon anak. Hal itu dimulai dengan memeriksa calon pengantin sebelum tiga bulan memasuki waktu pernikahan.

“Calon pengantin harus sudah diperiksa. Mulai dari HB, berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Itu digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan calon pengantin,” kata dia.

Baca Juga: Stunting Berbahaya, Wonogiri Targetkan Prevalensi Jangka Panjang 0%

Jika setelah diperiksa muncul permasalahan, lanjut Mubarok, calon pengantin harus memperbaiki kondisinya selama tiga bulan sebelum akhirnya melaksanakan pernikahan atau siap mengandung (bagi calon pengantin perempuan). Nantinya, gerakan tersebut akan digencarkan setelah deklarasi berlangsung.

“Agar gerakan-gerakannya langsung menuju sasaran,” katanya.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, Aris Hartanto, mengatakan di daerahnya terdapat 5-9 anak dalam kondisi stunting. Namun, stunting di desanya bukan disebabkan karena kurang gizi.

Baca Juga: Selamat! Ini Daftar 7 Desa Terbaik dalam Penurunan Stunting di Wonogiri

“Penyebabnya itu penyakit bawaan dari lahir. Itu yang menyebabkannya gagal tumbuh. Jadi, bukan karena kurang gizi,” kata Aris saat dihubungi Solopos.com, Rabu (13/4/2022).

Aris berharap pencanangan angka stunting di Wonogiri menuju 0% dapat tercapai sesuai rencana.

“Sejumlah anak yang mengalami stunting saat ini sudah mendapat pendampingan dari petugas Puskesmas dan bidan desa setempat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya