SOLOPOS.COM - Ilustrasi wong kalang (Instagram/@gypsyindonesia)

Solopos.com, KENDAL  – Selain di Kota Jogja, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), warga Suku Kalang atau Wong Kalang tercatat pernah tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Dihimpun dari sebuah literasi penelitian, keberadaan wong kalang di Kabupaten Kendal dibuktikan melalui tiga penulis asal Belanda, Ketjen, Zwaart, dan Veth.

Ketjen menuliskan bahwa pada waktu Kerajaan Mataram dibagi, jumlah wong kalang yang tinggal di Jawa cukup besar. Dalam akta pembagian kerjaaan pada 1755, masing-masing kerajaan mendapatkan bagian 3.000 cacah wong kalang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Veth menuliskan bahwa jumlah wong kalang yang ada di Jawa itu dinilai agak sebanding dengan perolehan pajak di area yang masih berada dibawah kekuasaan kolonial Belanda. Berdasarkan catatan Zwaart pada 1939, Total wong kalang secara keseluruhan ada lebih dari 2.000 keluarga dan tersebar di beberapa daerah di Jawa, khususnya pantura Jawa Tengah hingga beberapa kota di Jawa Timur.

Baca Juga: Tebing 20 Meter Longsor, Akses Jalan Magelang-Boyolali Tutup Sementara

Tercatat ada sekitar 250 keluarga wong kalang di Kabupaten Kendal yang tersebar di Kecamatan Gemuh, Weleri, dan Rowosari. Keberadaan mereka di Kabupaten Kendal dikaitkan dengan mitos dan cerita rakyat Sangkuriang. Oleh karena kisah Sangkuriang inilah, wong kalang kerap dianggap sebagai keturunan anjing yang dibuktikan dalam setiap perilaku mereka saat melakukan rutual di tiga kecamatan tersebut.

Wong kalang memiliki kepercayaan bahwa mereka menunggu jejak-jejak anjing yang terdapat dalam daun-daun ploso. Mereka menunggu jejak-jejak anjing itu dengan tengkurap atau menempelkan tiga ujung jari mereka (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) sebagai bentuk dan wujud jejak anjing. Jika hal ini dilakukan, berarti arwah sang leluhur sudah datang menengok dan menjumpai keluarga yang ditinggalkan.

Dalam upacara  gegumbregan gegalungan yang sekarang sudah sangat jarang dilakukan oleh komunitas wong kalang, terlihat ekspresi dan simbolisasi gerakan yang meniru anjing, di mana wong kalang melakukan gerakan merangkak seperti seekor anjing yang sedang berjalan. Hal ini dilakukan agar apa yang diinginkan oleh wong kalang itu dapat dikabulkan oleh leluhurnya.

Baca Juga: Cakap Digital Tak Sebatas Jago Operasikan Gawai, Ini Alasannya

Anjing dalam sistem ritual tersebut dapat juga dimanifestasikan dalam wujud patung kecil yang diletakkan di depan orang merangkak. Oleh karena itu, asal usul wong kalang kerap diidentikan dengan binatang anjing. Wong kalang juga memperteguh sistem keyakinan bahwa anjing merupakan jelmaan dewata atau sosok pangeran yang mendapatkan kutukan dari orang tuanya.

Tidak hanya itu saja, sosok putri yang cantik dan mau dipersunting oleh anjing seperti pada kisah Sangkuriang pada dasarnya adalah titisan dewa atau raja yang berkuasa saat itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya