SOLOPOS.COM - Luhut Binsar Pandjaitan (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

WNI disandera Abu Sayyaf berlanjut dengan penculikan lain. Namun, Menkopolhukam menduga ada kemiripan motif kasus terakhir dengan kasus di Somalia dulu.

Solopos.com, JAKARTA — Kapal berbendera Indonesia yang berisi 10 anak buah kapal (ABK) dibajak di perairan antara Filipina dengan Malaysia. Sebanyak 4 WNI ditawan dalam peristiwa pembajakan itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, 10 WNI dalam kapal Brahma 12 juga dibajak dan disandera di perairan Filipina. Adalah kelompok Abu Sayyaf yang melakukan penyanderaan itu.

“Kita masih identifikasi kelompoknya, tapi kita sementara melihat aspek ekonominya yang menonjol. Kita belum yakin betul apakah murni Abu Sayyaf atau sempalan-sempalannya,” kata Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (17/4/2016), dikutip Solopos.com dari Detik.

Presiden Jokowi, kata Luhut, juga meminta agar melakukan penjajakan kerja sama dengan Malaysia dan Filipina. Tetapi hingga kini Filipina memang masih belum izinkan pasukan RI masuk wilayahnya. “Kita akan melakukan patroli bersama,” imbuh Luhut.

Kini total ada 14 WNI yang disandera. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya komunikasi. Sementara itu, pihak perusahaan terkait juga telah melakukan komunikasi ke wilayah tersebut. Namun negosiasi dari perusahaan itu tak terkait dengan lobi oleh pemerintah. “Presiden baru saja minta untuk dijajaki dengan Malaysia-Filipina untuk pengamanan bersama,” katanya, dikutip Solopos.com dari Antara.

Luhut juga mengatakan militer Indonesia belum bisa masuk karena konstitusi Filipina harus minta persetujuan parlemen jika tentara asing masuk. “Konstitusi Filipina tidak memungkinkan untuk itu [operasi gabungan militer], harus ada izin parlemen,” jelasnya.

Luhut mengungkapkan bahwa saat ini pihak perusahaan tempat kerja WNI yang diculik kelompok bersenjata di Filipina berangkat ke lokasi untuk melakukan negosiasi. Luhut memperkirakan penculikan 14 WNI di Filipina seperti kasus di Somalia yang tidak ada aspek politik.

“Kita sedang identifikasi kelompok-kelompoknya, tapi (perkiraan) sementara kok aspek ekonominya yang menonjol di situ,” katanya. Menko Polhukam menyakan pihaknya belum yakin betul apakah ini murni kelompok Abu Sayyaf atau sempalan-sempalannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya