SOLOPOS.COM - Pasangan Rinov Rivaldy/Phita Haningtyas Mentari saat berlaga di GOR Amongraga dalam gelaran BWF World Junior Championship 2017. (Jumali/JIBI/Harian Jogja)

Pebulu tangkis junior Indonesia raih sejumlah kemenangan.

Harianjogja.com, JOGJA— Rekor baru diciptakan oleh para pebulu tangkis junior Indonesia pada kategori perorangan BWF World Junior Championship (WJC) 2017 di GOR Amongraga, Jogja, Minggu (22/10/2017). Pada ajang perebutan Piala Eye Level tersebut, Indonesia mampu meraih dua emas, dua perak dan satu perunggu pada lima nomor berbeda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dua emas dicetak pada nomor ganda campuran dan tunggal putri, sedangkan dua perak lainnya dicetak pada nomor ganda putri dan ganda campuran. Sedangkan satu perunggu diraih pada nomor ganda putra. Indonesia hanya gagal meraih medali pada nomor tunggal putra.

Atas hasil ini, Indonesia sekaligus mencetak rekor, dengan kali pertama meraih dua emas di dua nomor berbeda pada kategori perorangan WJC. Sebelumnya, Indonesia sempat dua kali  meraih emas pada nomor ganda campuran pada WJC 2012 dan 2013.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), sekaligus Manajer tim indonesia, Susy Susanti mengatakan capaian hasil ini diluar dugaannya. Sebab, sejak awal pihaknya hanya menargetkan mendapatkan satu gelar, akan tetapi dalam perkembangannya, justru mampu meraih dua gelar.

“Selain itu yang membuat kami bangga dan senang adalah motivasi anak-anak. Meski gagal di beregu, anak-anak justru tidak putus asa, dan mendorong mereka untuk meraih hasil optimal di perorangan,” ujar Susi di GOR Amongraga, Minggu (22/10/2017).

Susi menambahkan, raihan emas di nomor ganda campuran sejatinya sudah sesuai dengan prediksi pihaknya. Sebab sejak awal babak penyisihan di kategori perorangan, wakil Indonesia memiliki peluang cukup besar meraih emas di nomor ganda campuran. Hal sama juga terjadi di beberapa nomor lainnya, seperti tunggal putri, di mana Gregoria Mariska sempat diprediksi mampu menyumbang emas.

“Ke depan kami tinggal lakukan perbaikan utamanya pada tunggal putra dan ganda putra. Memang untuk dua nomor ini, para atlet yang kami turunkan berasal dari klub. Ini jadi bahan evaluasi kami,” sambungnya.

Sementara disinggung mengenai peta persaingan di WJC kali ini, Susi mengakui bahwa pada tahun ini ada perubahan peta. Di mana,  Tiongkok tidak banyak mendominasi. Oleh karena itu, dengan capaian hasil ini, maka pihaknya akan terus meningkatkan pembinaan terutama di level junior.

“Karena tidak bisa selalu bergantung kepada level senior. Karena ke depan, beberapa atlet junior akan naik ke level senior, kami harus bekerja keras untuk mencapai prestasi lebih nantinya,” harapnya. Pundi-pundi emas Indonesia pada WJC 2017 kali ini diraih pada nomor ganda campuran dan tunggal putri.

Pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari menggondol emas setelah pada partai final kemarin berhasil mengalahkan rekan senegaranya, Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti (21-23, 21-15, dan 21-18).

“Kami sudah tahu kelemahan dan kelebihan masing-masing karena ketemu teman sendiri. Pertandingan tadi juga cukup sengit karena mereka juga memberikan perlawanan. Cuma kami yakin aja sama diri sendiri kalau kami pasti bisa,” kata Rinov.
“Kami sudah sering ketemu sebelumnya, sama-sama nggak mau ngalah dan ingin berjuang demi Indonesia,” sambung Pitha.

Rinov/Mentari merupakan racikan baru pelatih ganda campuran yang dipasangkan dua minggu sebelum pertandingan. Tak memiliki waktu banyak untuk mempersiapkan diri, mereka mengaku berusaha membangun komunikasi dan lebih pasrah di lapangan.

“Kami sama-sama saling mencari tahu tentang permainan masing-masing. Sering latihan bareng,” ujar Rinov. Sementara emas kedua diraih Indonesia melalui tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung. Atlet kelahiran Wonogiri ini berhasil mengalahkan wakil Tiongkok, Han Yue pada partai final (21-13, 13-21, dan 24-22).

Atas kemenangan ini, Gregoria memastikan kembalinya gelar juara dunia junior di nomor tunggal putri yang pernah dipegang Indonesia pada 1992. “Set pertama saya masih pegang permainan, dia ikut pola main saya. Set kedua, dia membuka pola baru yang membuatnya merasa kesulitan. Namun, karena pada set ketiga saya ingin menang maka sekalian saya selesaikan,” ucap Gregoria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya