SOLOPOS.COM - Gerbang masuk kompleks Wisata Religi Gunung Kemukus di Dukuh Pendem, Sumberlawang, Sragen, Sabtu (21/10/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Warga di kawasan wisata Gunung Kemukus, Sragen, risau sejak muncul SE dari Pemkab Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Hampir sebulan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen fokus menata Gunung Kemukus. Objek wisata religi itu terletak di Dukuh Gunungsari dan Kedung Nguter, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Surat Edaran (SE) No. 640/140/29/2017 dikeluarkan Sekretaris Daerah (Sekda) Tatag Prabawanto tertanggal 27 September 2017. SE berisi Larangan untuk Kegiatan Hiburan, Prostitusi dan/atau Pelanggaran Norma Susila di Wilayah Gunung Kemukus itu beredar sejak 1 Oktober 2017 lalu.

SE tersebut diterima para ketua RT dan pemilik hiburan karaoke serta pembina para wanita pekerja seks komersial (PSK) sejak awal Oktober. SE itulah yang membuat sebagian warga Gunung Kemukus risau. (Baca: SE Pemkab Akhiri 60 Usaha Karaoke di Gunung Kemukus)

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka terutama yang menggantungkan hidup dari usaha karaoke atau pekerja seks komersial khawatir sewaktu-waktu bakal dirazia. “Nanti ada operasi lagi enggak ya? Aku mau tidur soalnya. Sudahlah, kalau tertangkap ya biar nanti diurus,” ujar seorang perempuan muda bertubuh gemuk, Pp, saat membeli minuman di warung sedehana di dekat gerbang masuk Gunung Kemukus, Sabtu (21/10/2017).

Kerisauan Pp berusaha diredam pemilik warung hingga akhirnya Pp pamit kembali ke kontrakannya. Pp salah satu dari puluhan warga pendatang di Dukuh Gunungsari. Sebagian kontrakan yang berupa hunian permanen itu menempati wilayah sabuk hijau WKO.

Data dari Desa Pendem, Sumberlawang, tercatat ada 34 keluarga yang menempati sabuk hijau (green belt) di lingkungan RT 035 dan RT 033. Penduduk asli di Gunungsari dan Kedung Nguter mencari penghasilan dengan membuka warung.

Warung-warung itu dijaga perempuan. Biasanya setiap warung memiliki 1-3 kamar yang disewakan kepada peziarah yang ingin menginap. Selain itu, sebagian warga juga membuka usaha hiburan karaoke, yakni 60 orang.

Suara bising musik dangdut keluar dari dua rumah kecil yang pintunya tertutup. Kendati siang hari, dua rumah yang memiliki hiburan karaoke tetap beroperasi. Mereka tak mengindahkan SE larangan dari Sekda Sragen.

“Tadi malam [Jumat malam] juga berbunyi musiknya. Saya yang di wilayah Soka, Miri, saja mendengar dengan keras. Katanya ada larangan tetapi kok tetap buka,” ujar Muji, 45, warga Grobogan yang tinggal selama 12 tahun di Soka.

Muji tidak mendengar musik karaoke saat waktu masih sore. Mulai pukul 22.00 WIB, Muji mendengar suara musik karaoke itu tidak hanya dari satu rumah tetapi dari beberapa rumah. “Ya, mungkin satu hidup kemudian yang lainnya ikut-ikutan hidup,” tambahnya.

Ketua RT 033, Sadi, 47, sudah menyosialisasikan SE itu kepada warga. Sebelumnya, Sadi dan empat ketua RT lainnya bersama pemilik karaoke sudah dikumpulkan di Kecamatan Sumberlawang untuk menerima penjelasan tentang SE.

“Intinya karaoke dan bocah-bocah [PSK] tidak boleh beroperasi lagi. Tetapi ya masih ada 1-2 orang yang masih beroperasi. Targetnya itu Desember harus bersih, yakni bersih karaoke, bersih warga binaan [PSK], dan bersih dari bangunan liar yang menempati sabuk hijau itu,” kata Sadi saat ditemui wartawan, Sabtu siang.

Sadi bersama pengurus RT dan Karang Taruna di Gunung Kemukus ini sudah meminta agar bisa mendapatkan pekerjaan lain, seperti keramba, sablon, atau usaha kios suvenir yang mendukung adanya penataan Kemukus sebagai wisata religi.

“Proposalnya sudah disampaikan ke Balai Desa Pendem. Kalau selama ini sosialisasi belum masif. Ya, hanya pertemuan di balai desa dan kecamatan itu,” ujarnya.

Bayan Gunungsari, Ariyadi, berharap penataan Gunung Kemukus harus serius dan harus ada solusi bagi warga. Ariyadi tidak mau kasus penutupan Kemukus pada 2014 oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang tidak diberi solusi.

“Dulu itu hanya memberi bantuan ternak 40 ekor untuk empat kelompok warga. Tetapi hewan ternak itu banyak yang mati dan sekarang tidak tahu perkembangannya. Nah, kemarin sudah ada anggota karang taruna yang konsultasi untuk membuat sablon kaus untuk dijual sebagai suvenir Kemukus tetapi belum ada tindak lanjutnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya