SOLOPOS.COM - Kepala Satpol PP Sragen Tasripin (dua dari kiri) bersama tim menyisir kompleks wisata religi Gunung Kemukus, Sumberlawang, Sragen, Selasa (24/10/2017) malam. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Satpol PP Sragen dan tim terus melakukan penertiban di objek wisata religi Gunung Kemukus.

Solopos.com, SRAGEN — Lampu warna oranye yang berjajar di Jembatan Barong sepanjang 400 meter seperti menyambut rombongan tim gabungan Satpol PP, tentara, dan polisi yang membawa lima unit mobil ke Gunung Kemukus, Sragen, Selasa (24/10/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perwakilan Dinas Sosial dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) tak ketinggalan. Mereka berhenti tepat di mulut gapura gerbang kompleks wisata religi Gunung Kemukus.

Para aparat yang dibentuk dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Sragen itu berkumpul di jalan. Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat dan Linmas Satpol PP Sragen, Sugeng Priyono, mengeluarkan secarik kertas. (Baca: Risaunya Warga Gunung Kemukus Sejak Muncul SE Pemkab Sragen) 

Ia membagi puluhan personel aparat itu menjadi empat tim. Masing-masing tim bergerak mulai dari pintu keluar kompleks makam Pangeran Samodro itu. Empat akses masuk ke Kemukus itu terdiri atas pintu gerbang utama, jalan barat Gunungsari, jalan ke arah Dukuh Candirejo, dan jalan menuju ke Dukuh Tawangsari.

Semua akses itu terletak di wilayah Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. “Percuma operasi ini. Saya sudah memutari kawasan dan sepi. Sejak sebelum Magrib warga binaan keluar semua. Informasinya sudah bocor,” bisik bayan Gunungsari, Ariyadi, yang berjaga sejak sore hari di kompleks itu.

Bisikan Ariyadi tak dihiraukan petugas. Mereka tetap bergerak sesuai rencana. Kepala Satpol PP Sragen Tasripin bergabung dengan tim II yang menyisir dari jalan sebelah barat berjarak 100 meter dari pintu gerbang Kemukus.

Sugeng masuk dalam tim itu bersama Kasi Trantib Kecamatan Sumberlawang Iwan Budyanto. Sesaat rombongan bergerak menaiki mobil.

“Hla kok lampu permukiman Kemukus mati semua? Wah, ini sabotase. Semua jadi gelap,” ujar Sugeng kepada Solopos.com seraya berjalan kaki.

Sugeng meminta Iwan berkoordinasi dengan PLN Sumberlawang untuk memastikan indikasi sabotase itu. “Bu, ini mati lampu atau memang lampunya dimatikan semua?” tanya Sugeng kepada penghuni rumah pertama yang ditemui.

“Boten, Pak. Niki oglangan sedanten. [Tidak, Pak. Ini mati lampu semua],” kata perempuan yang tinggal di lingkungan RT 032 itu.

Gelap menyelimuti Kemukus. Ada suara orang bercakap-cakap tetapi tak kehilatan wujudnya karena petugas tak bisa melihat dengan sempurna. Hanya lampu senter yang membuat silau mata sebagai penerang kegelapan.

Mereka berjalan ke rumah-rumah kontrakan. Tak satu pun penghuni yang ditemukan di beberapa rumah kontrakan. “Kosong semua, bro!” teriak seorang personel polisi militer dari Denpom IV/Sragen.

Mereka menyusuri jalan cor menanjak dengan kemiringan 45 derajat sepanjang 200 meter. Cukup ngos-ngosan setelah berjalan. “Mati lampu, Pak,” sapa Suwarji, 70.

Kakek-kakek itu tinggal di perbatasan dengan lingkungan RT 033 yang terdiri atas 52 keluarga itu. Tasripin berhenti sejenak untuk sekadar berbincang dengan Suwarji.

“Sampun kathah bentenipun [sudah banyak bedanya] sejak ada peringatan niku [itu]. Mriki warga asli pindahan saking [dari] WKO [Waduk Kedung Ombo] saat digusur puluhan tahun lalu. Kalau pendatang itu biasa bukan warung tapi sekarang sudah sepi,” ujarnya.

Praktis personel tim gabungan tak satu pun menemukan perempuan penjaja warung. Mereka juga tak menjumpai perempuan pemandu karaoke atau pekerja seks komersial (PSK).

Mereka bergerak menuju ke Makam Pangeran Samodro. Setelah melewati musala kecil, mereka berhenti di teras pemuka agama di kompleks Kemukus itu.

Beberapa pemuda berkumpul di tempat itu. Tasripin dan Sugeng mencoba menyampaikan niat Pemkab untuk menata Kemukus menjadi kawasan wisata religi. Tasripin meminta supaya praktik prostitusi dan karaoke ditutup atau dilarang beroperasi.

“Terus terang, Pak. Kami trauma banget dengan penutupan oleh Gubernur pada 2014 lalu. Penutupan itu tanpa solusi apa pun. Harapan kami yang penting ada lapangan pekerjaan. Banyak usaha yang gulung tikar kala itu. Pada penataan kali ini ya harus ada solusi,” pinta Putut, 38, pemilik tempat karaoke tak berizin di RT 033.

Putut dan teman-teman shock setelah menerima Surat Edaran (SE) Sekretaris Daerah (Sekda) yang melarang hiburan karaoke beroperasi. Mata pencahariannya hanya dari hiburan itu. Dalam sehari karaoke bisa laku dua jam saja, Putut sudah bersyukur karena minimal ada pemasukan Rp100.000.

“Sekarang untuk mendapat uang Rp100.000 itu harus menunggu setidaknya tiga hari,” kata bapak dari tiga anak itu.

Kegelisahan juga dirasakan Agus Purwanto, 32, yang buka warung kopi di dekat rumahnya. Pendapatan Agus turun dratis sampai 70% sejak adanya SE Sekda. Biasanya sehari bisa dapat omzet Rp100.000 belakangan hanya dapat Rp30.000 per hari. Agus pun senang karena kopinya bisa laku enam gelas malam itu.

Waktu menunjuk pukul 22.00 WIB. Gelap yang menutup Kemukus akhirnya hilang seiring dengan gemerlapnya sinar lampu warga. Mati lampu itu pun padam.



“Mati lampu itu bukan karena trafo meledak tetapi karena ada kalelawar yang menempel di jaringan listrik di Dukuh Sendang Boto, Miri, yang masih satu jaringan dengan Kemukus. Kelelawar diambil ya akhirnya hidup lagi,” ceteluk Didik, warga Sumberlawang, setelah menerima telepon dari petugas PLN Sumberlawang.

Keinginan mereka ditampung Tasripin dan timnya. Tasripin berkoordinasi dengan Camat Sumberlawang Susilohono dan Kades Pendem Herdiana serta legislator dari Partai Demokrat Inggus Subaryono yang tiba-tiba datang bergabung. Mereka pun berencana datang lagi ke Kemukus dengan jumlah pasukan yang sama.

“Pembersihan ini akan terus menerus dilakukan secara masif. Kami terus datang ke Kemukus untuk mengingatkan mereka yang masih nekat membuka usaha hiburan karaoke dan penginapan. Saya curiga hampir semua rumah menyediakan penginapan yang terindikasi sebagai tempat prostitusi terselubung. Targetnya Januari 2018, Kemukus harus bersih dari prostitusi dan karaoke. Syukur kalau sebelumnya,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya