SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung berwisata di Umbul Ponggok, Polanharjo, Klaten, Minggu (4/10/2015). Sejak 2014, kunjungan ke objek wisata yang menawarkan snorkeling di air tawar itu terus melonjak. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten yakni Umbul Ponggok kian populer sedangkan OMAC sepi pengunjung.

Solopos.com, KLATEN – Kabupaten Klaten menjadi surga wisata air karena miliki sedikitnya 191 sumber mata air (umbul) yang tersebar di 17 kecamatan. Dua umbul yang cukup moncer yakni Objek Mata Air Cokro (OMAC) di Tulung dan Umbul Ponggok di Polanharjo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Umbul Ponggok kini telah menjelma menjadi objek wisata air yang murah dengan beragam pesona. Air jernih dari umbul menjadikan penggunjung bisa menikmati keindahan alam bawah air layaknya di lautan lepas.

Sekretaris Desa (Sekdes) Ponggok, Yani Setyadi, Jumat (2/10/2015), menyatakan sebelum dikelola badan usaha milik desa (BUMDes) pada 2009, Umbul Ponggok dilihat sebelah mata oleh banyak orang.

Dikelilingi tembok besar membuat umbul itu tak laku ketika ditawarkan ke masyarakat atau investor dengan sewa Rp5 juta/tahun.

”Sebelum 2009, Umbul Ponggok dianggap sebagai kolam renang untuk keperluan mandi dan minum warga setempat. Saat itu, umbul dikelilingi pagar tinggi. Hingga pada 2012, melalui inisiatif warga juga akhirnya tembok dibongkar dan umbul kelihatan dari jalan raya,” kata Yani.

Saat ini, setiap akhir pekan sekitar 5.000 pengunjung menjejali Umbul Ponggok. Mereka dikenai tiket masuk Rp5.000/orang.

Mengandalkan wisata bawah air dan snorkeling, BUMDesa Ponggok menargetkan pendapatan Rp3,8 miliar dari umbul itu. ”[Dari Januari 2015] sampai Agustus lalu pendapatan sudah mencapai Rp2,2 miliar. Itu pendapatan dari harga tiket masuk serta persewaan alat menyelam,” jelas dia.

Kreativitas pengelola dalam memasarkan Umbul Ponggok menjadikan objek wisata air itu cepat naik daun. Pengelola dan masyarakat setempat gencar mempromosikan umbul melalui Internet dan media sosial hingga akhirnya Ponggok tak hanya dikenal warga Klaten namun juga warga dari luar daerah.

Pengelola Umbul Ponggok berencana merenovasi dengan memperluas wilayah objek wisata dan membangun wahana edukasi serta waterpark. Tahun ini baru terlaksana pembebasan lahan. Pembangunan wahana edukasi dan waterpark ditarget terealisasi 2016.

Pendapatan BUMDes yang melimpah dari Umbul Ponggok tak hanya dinikmati segelintir orang yang mengelola. Warga desa juga ikut menikmati hasil.

”Itu [pendapatan] dikembalikan ke masyarakat dengan membuat program jaminan kesehatan warga yang ber-KTP Ponggok. Selain itu, untuk membiayai masyarakat lansia berupa pemberian lauk/pauk, pemberian beasiswa anak berprestasi, serta menggulirkan program satu keluarga satu sarjana,” kata Yani.

Lain Umbul Ponggok, lain pula kisah tentang Umbul Cokro di Kecamatan Tulung. Umbul Cokro yang kini memiliki nama Objek Mata Air Cokro (OMAC) dikelola Pemkab Klaten. Selama empat tahun terakhir, umbul ini kian sepi pengunjung.

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten tidak mampu memenuhi target pendapatan asli daerah (PAD) dari OMAC. OMAC merupakan objek wisata milik pemerintah yang jadi andalan menarik wisatawan.

”Penurunan jumlah pengunjung itu dapat dilihat dari tidak tercapainya target PAD,” ujar Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Objek Pariwisata Disbudparpora Klaten, Moch. Busroni, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (29/9/2015).

Sejak 2011-2014 target PAD OMAC tidak terpenuhi. Terbaru pada 2014 dari target PAD senilai Rp555,045 juta hanya terealisasi senilai Rp481,149 juta. Sementara target PAD tahun ini senilai Rp555.045, sampai September baru terealisasi senilai Rp418.500 atau 75%.

Tidak terpenuhinya target PAD itu berdampak pada minimnya kucuran dana APBD untuk mengelola OMAC. Akibatnya, kondisi OMAC sekarang serba keterbatasan dana. Bahkan untuk membayar gaji tenaga harian lepas (THL) yang bertugas menjaga kebersihan hingga kemananan mulai kesulitan.

”Kami memiliki sebanyak 20 orang THL. Setiap bulan mereka mendapatkan gaji senilai Rp350.000/orang. Total anggaran untuk gaji THL tahun ini dari APBD hanya diberi senilai Rp85 juta,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya