SOLOPOS.COM - Permukiman di kompleks Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Selasa (10/12/2019). (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Wisata religi Gunung Kemukus Sragen akan dipermak menjadi The New Kemukus memunculkan kekhawatiran bagi warga sekitar. Warga menolak jika dalam penataan ulang itu menutup rumah-rumah karaoke yang bertebaran di Kemukus.

Rencananya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelontor dana Rp88 miliar untuk The New Kemukus. Penataan objek wisata itu diharapkan bisa membawa dampak positif bagi kehidupan warga sekitar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, tidak dimungkiri, sebagian warga masih merasa waswas penataan objek wisata itu justru menghadirkan petaka bagi keberlangsungan hidup mereka.

10 Hari Tutup, Kerugian Umbul Manten Klaten Capai Rp100 Juta

“Terus terang ada yang khawatir sebagian dari rumah-rumah kami akan digusur sebagai dampak dari penataan objek wisata. Kalau tidak dicarikan tempat tinggal yang baru, kami tidak tahu nanti akan tinggal di mana?” ujar Sanggro, Ketua RT 34 Dukuh Gunungsari, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, saat berbincang dengan Solopos.com, di lokasi, Selasa (10/12/2019).

Selain khawatir tergusur, warga juga mengkhawatirkan penutupan usaha karaoke akan membuat perekonomian warga terpuruk. Warga merasa trauma dengan dampak dari penutupan usaha karaoke oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng pada 2013 dan oleh Pemkab Sragen pada 2016.

Alasannya, usaha karaoke itu dianggap sebagai pemicu munculnya citra negatif Gunung Kemukus sebagai tempat esek-esek.

Cinta Terlarang

Warga sekitar merasa tidak memiliki hubungan dengan para wanita penjaja cinta terlarang itu. Terlebih, para wanita itu bukanlah warga setempat. Bagi warga, yang penting tempat usaha mereka ramai demi menjaga tungku dapur tetap mengepul.

Sakura Hills Dibuka, Wisata Bunga Sakura di Tawangmangu Karanganyar

“Penutupan usaha karaoke pada 2013 telah membuat objek wisata mati suri. Saat itu, objek wisata ini benar-benar sepi pengunjung. Dampaknya, warga tidak lagi punya penghasilan karena warung-warung menjadi sepi.

Untuk mencukupi kebutuhan makan saja susah. Bahkan dulu sampai ada posko dapur umum karena banyak warga kami yang tidak bisa makan karena tak punya penghasilan,” kenang Nuryoso, 45, warga setempat.

Pada 2015-2016, usaha karaoke di Gunung Kemukus kembali bangkit. Namun, saat usaha itu tengah ramai pengunjung, tiba-tiba terbit surat edaran (SE) dari Pemkab Sragen yang melarang usaha karaoke itu dibuka di kawasan Gunung Kemukus.

Razia

Sejak SE itu terbit, Satpol PP bersama Polsek Sumberlawang lebih intensif menggelar razia penyakit masyarakat (pekat). Mau tidak mau, warga menutup usaha karaoke itu dengan sendirinya.

“Kami itu menjadikan usaha karaoke sebagai hiburan keluarga. Selama ini yang memanfaatkan ya kebanyakan warga sendiri. Kalau pusing ya nyanyi saja,” timpal Sanggro.

Warga Klaten Disembur Ular Kobra di Kandang Ayam

Baik Nuryoso atau Sanggro sama-sama bersikukuh usaha karaoke bisa dipertahankan. Bagi mereka, usaha karaoke merupakan salah satu sumber penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak.

Tidak heran, mereka merasa gerah saat Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyatakan Gunung Kemukus bukan tempat yang cocok untuk bisnis karaoke.

“Ini kaitannya dengan urusan perut warga. Kami ingin pemerintah hadir untuk memberi solusi. Kalau diarahkan untuk usaha lain, itu pernah dicoba. Dulu pernah ada pelatihan manajemen homestay, bisnis kuliner atau membuat kerajinan. Namun, tidak ada tindak lanjut dari pelatihan itu. Akhirnya, usaha itu juga tidak jalan. Usaha baru justru membutuhkan penyesuaian dan modal yang tidak sedikit,” keluh Nuryoso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya