SOLOPOS.COM - Salah satu lumba-lumba air tawar yang hidup di Sungai Negro mencoba menyantap ikan yang dipegang pengelola tempat wisata, Antonio, Kamis (12/6/2014) lalu. (istimewa)

Solopos.com, SOLO--Begitu mendarat di Bandara Manaus, Brasil, Kamis (12/6/2014) waktu setempat, oleh pemandu wisata rombongan Brazil Trade Marketing Media Trip langsung dibawa menuju ke kapal Helio Gabriel yang berlabuh di perairan Manaus.

Dalam kegelapan malam Helio Gabriel bergerak dengan kecepatan 25 km/jam menyusuri perairan. Dua jam berselang kapal pesiar itu berhenti di sebuah muara yang berdekatan dengan hutan rimba. Di sekeliling kami hanya terlihat hutan belantara dan sungai memanjang. Sinyal handphone lenyap. Bahkan televisi di kapal pun tak lagi bisa menangkap siaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kita saat ini berada di Sungai Negro. Disebut Sungai Negro karena airnya berwarna hitam pekat. Sekilas seperti kotor tapi sesungguhnya jernih, hanya warnanya hitam,” tutur Rafael, salah satu pemandu wisata asal Manaus yang disewa AJE (produsen Big Cola).

Ekspedisi Mudik 2024

Rasa kantuk yang menyerang membuat kami segera menyudahi perbincangan dengan Rafael dan temannya, Marco. Kami masuk ke kamar masing-masing dan beristirahat.

Esok paginya pengalaman alam luar biasa dimulai. Kelelahan yang kami derita karena menempuh perjalanan dua hari dua malam dari Indonesia ke Brasil terbayar. Dengan dua perahu motor, rombongan yang terdiri atas empat jurnalis serta 11 distributor Big Cola dari Indonesia, Vietnam dan Thailand menyusuri Sungai Negro.

Sungai Negro merupakan salah satu anak Sungai Amazon yang melegenda. Kedalaman sungai ini mencapai 30 meter. Rafael menuturkan, air di Sungai Negro berwarna hitam berasal dari asam organik yang tidak terurai dengan sempurna oleh vegetasi yang ada di sekitar sungai.

Salah satu hewan yang hidup di Sungai Negro dan menjadi jujugan para turis adalah lumba-lumba air tawar. Setelah menyusuri sungai sekitar 1 jam, kami sampai di sebuah rumah yang dibangun di atas air. Di sekitar rumah tersebut terlihat puluhan lumba-lumba berlompatan di atas air.

“Dahulu banyak bangunan yang didirikan secara mandiri oleh warga untuk menjamu turis yang ingin bermain-main dengan lumba-lumba. Tapi akhirnya diambil alih oleh pemerintah agar hutan dan ekosistem di sini terjaga,” tutur Rafael.

Salah satu pengelola rumah wisata itu, Antonio, mempersilakan kepada kami untuk bermain-main bersama lumba-lumba. Dengan bantuan pelampung satu per satu kami turun ke air. Dan benar saja, dalam hitungan detik beberapa ekor hewan cerdas tersebut  mendatangi dan menyundul-nyundul badan kami.

Meski sempat khawatir digigit kami akhirnya terbiasa dengan polah hewan yang di Indonesia kerap dipakai untuk pertunjukan sirkus itu. Hewan-hewan tersebut begitu jinak dan bergantian menyambar ikan-ikan yang diacungkan Antonio.

Salah satu anggota rombongan yang berasal dari Vietnam, Duong Vu, mencoba memegang sirip dan naik ke punggung lumba-lumba. Beberapa kali gagal, pemuda 26 tahun itu berhasil melaju bersama lumba-lumba hingga sejauh tiga meter.  Setelah sekitar 30 menit berenang bersama lumba-lumba kami pun kembali ke kapal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya