SOLOPOS.COM - Suasana di Embung Sriten, Pilangrejo, Nglipar, Rabu (11/2/2015). Saat dibuka untuk umum, kawasan tersebut bisa menjadi salah satu alternative tujuan wisata di Gunungkidul. (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Wisata Gunungkidul untuk desa wisata difokuskan di 4 desa

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pada 2017 Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Gunungkidul menargetkan empat desa wisata baru dapat dikembangkan. Hingga saat ini telah terdapat 18 desa wisata yang telah beridiri dan masih datangkan wisatawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Kepala Bidang Industri dan Kelembagaan, Dinpar Kabupaten Gunungkidul, Eli Martono menyebut telah terdapat 18 desa wisata di Gunungkidul. Namun jumlah tersebut akan digenjot lagi supaya bertambah. “Per tahun kami ditargetkan empat desa wisata,” ujarnya, Kamis (19/1/2017).

Empat desa wisata yang menjadi target adalah Desa Pampang, Kecamatan Paliyan yang memiliki potensi kerajinan perak; Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar yang memiliki potensi wisata Embung Srinten; Desa Wisata Mertelu, Kecamatan Gedangsari yang rencananya akan memiliki flying fox terpanjang di Asia Tenggara; dan Desa Patuk, Kecamatan Patuk yang memiliki gardu pandang Mangol Kencana.

Diakuinya sejumlah desa wisata di Gunungkidul pada dasarnya berbasis ekowisata atau wisata alam. Namun ke depan, pihaknya akan mendorong untuk seluruh desa wisata juga menumbuhkan kerajinan, sehingga juga dapat meningkatkan kesejahteraan warga.

Akan tetapi selama ini menurutnya sejumlah desa wisata yang mengembangkan kerajinan malah keteteran. Pasalnya ketika kerajinannya mengalami kemajuan dan mendapatkan pesanan banyak, wisata di desa tersebut menjadi tidak terurus.

Hal itu membuat pihaknya terus melakukan pendampingan supaya produksi kerajinan kedepan menjadi atraksi wisata yang menarik pengunjung.

Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan sejumlah akademi pariwisata untuk mencari potensi wisata lain di desa-desa. “Kami ingin mencoba mengembangkan ekowisata, mengajak wisatawan jalan-jalan di sawah dan menyusuri sungai di desa,” ujarnya.

Akan tetapi yang masih menjadi kendala dalam mengembangkan sejumlah objek wisata di desa adalah minimnya sumber daya manusia yang terdapat di desa. Sehingga dirinya mengaku kesulitan dalam melakukan pendataan atau sekedar meminta laporan kunjungan wisatawan, untuk mengukur potensi agar dapat melakukan pengembangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya