SOLOPOS.COM - Warung apung di Rawa Jombor terlihat dari Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jateng, Senin (10/2/2020). (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kawasan objek wisata Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten selama sebulan terakhir menjadi primadona baru setelah dilakukan penataan lanskap pada 2019.

Ribuan orang berdatangan saban akhir pekannya untuk menikmati panorama Rawa Jombor, persawahan, serta Gunung Merapi pada puncak bukit yang dilengkapi dengan sejumlah spot selfie serta pohon buatan itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jualan Kokain & Simpan Sabu, Nanie Darham Terancam 20 Tahun Penjara

Banyaknya pengunjung yang berdatangan menjadi lahan pekerjaan bagi warga setempat. Mereka membuka lapak di sepanjang jalan menuju pintu masuk kawasan bukit. Selain itu, warga menyiapkan lahan mereka menjadi tempat parkir.

Namun, kemeriahan wisata Bukit Sidoguro tak terlalu dirasakan para pengusaha warung apung di Rawa Jombor yang berada tak jauh dari objek wisata itu. Seperti yang dirasakan Syamsir, 60, salah satu pengusaha warung apung.

Tak ada laginya portal retribusi dari Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten untuk masuk ke kawasan rawa tersebut belum menunjukkan dampak signifikan pengunjung warung apung.

Foto Orangutan Tolong Pria Viral, Katanya Lebih Manusiawi Dibanding Manusia

"Portal retribusi sudah tidak ada lagi kami senang. Namun, efek pengunjung ke warung apung belum kelihatan. Masih sama. Seperti yang anda lihat saat ini [warung apung sepi pengunjung]," kata Syamsir saat ditemui Solopos.com di warung apungnya, Senin (10/2/2020).

Syamsir mengatakan belakangan hari ini usaha warung apung justru lesu. Syamsir menilai keberadaan portal retribusi yang selama bertahun-tahun beroperasi perlahan membikin jumlah pengunjung merosot.

"Baru mau masuk ke wisata sudah kena retribusi sehingga membuat orang malas untuk masuk ke warung apung," katanya.

Lesunya usaha warung apung yang sejak bermunculan sejak 1998 itu juga karena bergulirnya kabar rencana pemindahan. Rencana pemindahan warung apung ke daratan tersebut membuat para pengusaha ogah-ogahan mempercantik warung mereka agar menarik minat pengunjung berdatangan.

Kabar pemindahan warung apung ke daratan sudah bergulir selama beberapa tahun terakhir. Rencananya, pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mulai membangun kawasan kuliner di sisi timur Rawa Jombor pada 2020 sebagai calon lokasi pemindahan warung apung.

"Warung tidak ada gereget untuk melakukan inovasi atau pun penataan bersih-bersih. Perhitungannya karena biaya. Kalau mau melakukan bersih-bersih, setelah jadi nanti dibongkar untuk dipindah. Sekarang yang dilakukan hanya renovasi sedikit-sedikit seperti mengganti bambu yang lapuk," jelasnya.

Syamsir berharap rencana pemindahan warung apung ke daratan sebagai bagian revitalisasi Rawa Jombor urung dilakukan. Selama ini, warung apung sudah menjadi ikon di Rawa Jombor.

Selain itu, warung apung menjadi sumber kehidupan bagi warga sekitar Rawa Jombor. Selain bekerja atau membuka usaha warung apung, warga memanfaatkan rawa untuk budi daya ikan, pemancingan, hingga menjadi nelayan.

"Warung apung, karamba dan pemancingan itu ditata bersama-sama. Warung apung ditata luasannya begitu pula dengan pemancingan. Kami siap untuk dilakukan penataan oleh pemerintah," kata dia.

Viral Karena Bentuknya Aneh, Patung Gajah Di Gresik Habiskan Dana Rp1 Miliar

Sementara itu, Camat Bayat, Edy Purnomo, menjelaskan rencana pemindahan warung apung ke daratan terus bergulir. Pemprov Jateng sebagai pemilik aset Rawa Jombor berencana membangun kawasan kuliner berkonsep food court di lahan sisi timur rawa pada 2020.

Kawasan kuliner itu menjadi calon lokasi pemindahan warung apung ke daratan. "Fokus pada kuliner dulu," kata Edy.

Dia menjelaskan ada sekitar 22 pengusaha warung apung di Rawa Jombor yang selama ini membuka usaha mereka di sisi selatan rawa. Edy tak menampik rencana pemindahan warung apung ke daratan menimbulkan pro dan kontra.

"Pro dan kontra itu sudah biaasa. Namun, kalau warung apung mau ditata kami siap. Harapan kami ketika ada penataan di Rawa Jombor, desa melalui BUM-desa bisa mendapatkan ruang untuk mengembangkan usaha. Jangan sampai seperti selama ini desa hanya menjadi penonton karena rawa bukan aset mereka," jelas Edy.

Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Daya Tarik Sarana Wisata Disparbudpora Klaten, Ahmad Susanto, mengatakan sudah ada lahan sekitar 3 ha yang disiapkan untuk lokasi pemindahan warung apung ke daratan.

Pada 2020 ini, Pemprov Jateng bakal membangun kawasan kuliner di lahan tersebut. Anggaran yang disiapkan untuk pembangunan kawasan kuliner itu sekitar Rp8 miliar.

"Untuk teknis pelaksanaannya itu ada di pemprov. Harapannya penataan kawasan Rawa Jombor ini untuk mengembalikan rawa sesuai fungsinya [untuk sumber irigasi]," bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya