SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, memberikan cinderamata kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, saat pertemuan di Sitroom Balai Kota Semarang, Jumat (30/9/2022). (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG — Angka kasus demam berdarah di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), menjadi sorotan Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Atas dasar itu, Kota Semarang pun dijadikan kota kedua pilot project teknologi nyamuk ber-Wolbachia dengan tajuk Wolbachia Ing Kota Semarang atau Wingko Semarang.

Wingko Semarang ini diharapkan menjadi program yang jitu dalam menekan angka persebaran kasus demam berdarah atau DBD. Wolbachia merupakan sejenis bakteri yang ada pada nyamuk atau serangga. Namun, bakteri itu tidak ditemukan pada nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor yang menularkan virus dengue.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Bakteri wolbachia diketahui dapat menekan replikasi virus dengue karena bakteri tersebut mampu berkompetisi dengan virus saat merebut makanan di sel tubuh nyamuk. Bakteri juga diketahui tidak bisa ditularkan ke manusia oleh nyamuk.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, menyebut meletakkan wolbachia pada telur nyamuk lebih efektif dan amat untuk lingkungan.

“Jika dibandingkan dengan fogging yang untuk jangka panjang bisa membahayakan, wolbachia ini lebih aman. Ini sudah diakui dunia dan sudah dikembangkan,” kata Maxi saat memperkenalkan program Wingko Semarang di Balai Kota Semarang, Jumat (30/9/2022).

Baca juga: Efektif Turunkan Kasus DBD di Jogja, Apa Itu Nyamuk Wolbachia?

Penerapan program ini nanti akan melibatkan warga masyarakat Kota Semarang. Ember-ember berlubang khusus akan disi air dan pakan, dan diletakkan pada setiap rumah dalam radius 75 meter persegi.

“Airnya setiap dua pekan harus diganti dan akan berjalan selama enam bulan hingga 1 tahun. Sementara, hasilnya baru bisa dilihat setelah dua tahun,” jelas Wakil Ketua Pilot Project World Mosquito Program Yogyakarta, Adhi Utarini.

700 Kasus DBD

Rini, sapaan Adhi Utarini, menambahkan untuk menyebarkan wolbachia dibutuhkan setidaknya 8,5 juta telur nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk jenis ini, lanjut Rini mampu bertelur tanpa keberadaan air dan telur nyamuk ini bisa bertahan dalam permukaan kering untuk kemudian menetas seketika terkena air.

“Wolbachia ini aman karena alami yakni bakteri dari 60 jenis serangga. Kota Semarang cocok untuk pilot project karena tahun 2022 saja sudah ada kasus demam berdarah sampai 700 kasus lebih,” lanjut Maxi.

Baca juga: Cerita Bill Gates Beternak Nyamuk Wolbachia

Ia menambahkan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, sebagai tempat pilot project pertama sukses menerapkan sistem ini. Angka kasus DB di wilayah tersebut dikatakan Maxi berhasil ditekan hingga 73 persen.

Walikota Semarang, Hendrar Prihadi sendiri berharap, dalam delapan hingga 12 bulan ke depan, kasus DBD di Kota Semarang akan mengalami penurunan secara drastis. “Kemenkes menyebutkan antara 8-12 bulan kedepan jadi tolok ukur kita bulan November tahun depan akan penurunan DBD, salah satu penyakit yang menjadi momok di Kota Semarang,” ungkap Hendi, sapaannya.

Ia meminta Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat, jika pada bulan November mendatang metode wolbachia ini akan dilakukan di beberapa kecamatan yang memiliki kasus DBD tertinggi di Kota Semarang.

“Saya harap masyarakat bisa menerima program ini, saya juga sudah sampaikan Dinas Kesehatan untuk berkoordinasi dengan camat lurah setempat untuk bisa mengedukasi kepada masyarakat,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya