SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wonogiri (Espos)--Lahan pertanian seluas 29 hektare di Kecamatan Selogiri, Wonogiri dipastikan puso alias gagal panen. Satu hektare di antaranya karena wereng coklat sedangkan 28 ha lainnya karena virus kerdil.

Data yang diperoleh Espos dari pemerintah kecamatan setempat, total ada 2.200 hektare lahan yang ditanami padi pada musim tanam (MT) I ini. Dari luas lahan tersebut, 912 hektare di antaranya terancam wereng coklat, 310 ha terserang ringan, 37 ha terserang sedang, 23 ha terserang berat dan satu ha puso.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Lahan yang terkena virus kerdil rumput berdasarkan cacatan kami ada 28 ha dipastikan puso karena tak bisa tumbuh dan mengeluarkan bulir padi. Umur rata-rata tanaman yang terserang itu sekitar 50 hari,” ungkap Camat Selogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Espos di sela-sela rapat koordinasi dengan ketua kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Pendapa Kantor Kecamatan Selogiri, Selasa (18/1).

Selain wereng dan virus kerdil, Bambang mengatakan ada pula tanaman padi yang roboh karena angin dan curah hujan tinggi. Padi yang roboh tersebut merupakan lahan yang sudah siap panen, karena pola tanamnya tidak sama.

Sementara itu dalam Rakor Gapoktan yang dihadiri para ketua kelompok tani, kemarin, terungkap kabar yang cukup menggelisahkan. Bambang mengungkapkan jatah pupuk urea untuk wilayah Selogiri dikabarkan akan dikurangi hingga 30%, dari semula 2.100 ton setahun menjadi hanya 1.400 ton.

“Pengurangan jatah pupuk ini dimaksudkan untuk mendorong petani agar beralih ke pupuk organik karena berdasarkan uji laboratorium oleh sebuah lembaga di Solo, tingkat kerusakan tanah pertanian di Selogiri cukup mengkhawatirkan, tingkat kontaminasi zat kimianya sangat tinggi,” ujar Bambang.

Ditambahkan Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Selogiri, Marija, penelitian oleh lembaga lainnya menyebut unsur organik di dalam tanah pertanian Selogiri yang beberapa tahun lalu masih 5% telah turun menjadi hanya 2%. “Karena itulah, penggunaan pupuk organik dan perbaikan pola tanam sangat dianjurkan,” ujar Marija.

Salah satu petani, Mulyadi menyampaikan keprihatinannya atas kondisi pertanian di Selogiri yang tak hentinya mendapat gangguan, terutama sejak serangan wereng coklat pertengahan 2010 lalu. “Saya mengusulkan lebih banyak diadakan penelitian agar masalah-masalah yang muncul akibat wereng ini cepat ada solusinya. Selama ini petani terus merugi akibat serangan wereng dan hama-hama lainnya,” kata mantan Kepala Desa Pule yang telah menjadi tokoh penting di kalangan petani Selogiri tersebut.

shs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya