Kisah ini terjadi ketika belum semua orang memiliki HP, termasuk keluarga Jon Koplo yang tinggal di Boyolali. Karena belum punya telepon, kalau ada telepon dari keluarganya, Jon Koplo dibantu Tom Gembus, keponakannya yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Kebetulan Gembus punya HP baru. Suatu hari Tom Gembus mendatangi rumah Koplo. “Bulik… Bulik…! Ada telepon!” teriak Gembus di depan pintu.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Lady Cempluk yang sedang asyik makan dengan Jon Koplo segera keluar menemui Tom Gembus yang masih berdiri di depan pintu sambil menenteng HP yang mengeluarkan suara kucing berulang-ulang, “Meauw… meauw… meeeaaaaw…” begitu bunyinya.
Nah, Jon Koplo yang memang takut dengan kucing itu langsung mbengok, “Pluuuk… Tutupen lawange! Kucinge ndhak mlebu…!”
Cempluk tetap diam sambil mesam-mesem. Dia tidak menghiraukan teriakan Koplo. Suara kucing itu terus terdengar. Koplo berteriak semakin keras, “Pluuuk! Gek ndang tutupen lawange, kucinge mlebu lho!”
Lady Cempluk dan Tom Gembus yang mendengar teriakan Koplo langsung ngguyu ngakkak.
“Om, niki sanes kucing, ning swara tilpun,” terang Gembus.
Jon Koplo yang tahu kalau itu bunyi HP jadi kisinan atas ke-katrok-annya. Kalah isin, Koplo cuma bisa ngomel, “Jeneh kok swara tilpun ndadak nganggo kucing barang. Meden-medeni…”
(Sholikah, Ngaglik RT 14/RW III, Sambon, Banyudono, Boyolali)