SOLOPOS.COM - Ilustrasi toxic productivity (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Selama ini istilah toxic productivity  mungkin masih asing terdengar di telinga kita. Selama ini kita mungkin lebih familier dengan istilah toxic relationshiop.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan toxic productivity? Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Toxic productivity nyata adanya, dan mungkin Anda sedang terjebak dalam situasi tersebut, secara sadar atau tak sadar.  Hal ini erupakan keinginan yang tidak sehat untuk terus menjadi produktif setiap saat dengan cara apa pun.

Orang yang mengalami hal tersebut berkeinginan untuk bekerja ekstra di kantor ataupun di rumah. Bahkan, ketika hal tersebut tidak diperlukan, orang yang terjebak dalam toxic productivity akan tetap melakukannya. Ini termasuk dalam kesehatan mental.

Baca Juga: 4 Kudapan Ini Bisa Turunkan Kolesterol Jahat Di Tubuh

Perbedaan Toxic Productivity, Workaholic, dan Hustle Culture

Toxic productivity sekilas mirip dengan workaholic dan hustle culture, yang juga sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Kendati begitu, menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, bahwa ketiganya memiliki perbedaan.

“Orang yang terjebak di situasi toxic productivity punya pikiran yang keliru bahwa ia harus terus mengembangkan diri. Jika tidak produktif, ia akan merasa bersalah. Sedangkan orang yang workaholic, mereka hanya suka bekerja melebihi batas waktu yang ditetapkan sehingga aspek lain di dalam hidupnya terbengkalai,” bebernya seperti melansir laman Klikdokter, Senin (26/4/2021).

Bagaimana dengan hustle culture? Menurut Ikhsan, hustle culture adalah budaya yang diyakini individu bahwa aspek terpenting dalam hidup adalah bekerja keras.

Ketiganya memang mirip dan berhubungan. Akan tetapi, orang yang berada dalam situasi toxic productivity biasanya langsung merasa tidak berguna ketika lebih dari 1 atau 2 jam tidak melakukan apa pun.

Supaya lebih jelas lagi, berikut ini ciri-cirinya:

1. Terobsesi untuk produktif

Tidak ada yang salah untuk menjadi orang produktif. Hal yang salah adalah ketika produktivitas itu sudah berlebihan, dan Anda bekerja sampai mengorbankan kesehatan.

Kondisi fisik dan mental serta lingkungan sekitar tetap membutuhkan Anda. Percuma juga jika uang yang dicari justru digunakan untuk membayar pengobatan penyakit, bukan?

2. Sering merasa bersalah saat berdiam diri

Orang yang terjebak toxic productivity akan merasa bersalah jika ia berdiam diri sejenak, sekalipun itu untuk beristirahat.

Baca Juga: Waduh! Tidur Dengan Lampu Menyala Punya Efek Negatif

3. Tidak bersahabat dengan kata istirahat

Di saat sakit pun, orang dengan toxic productivity tak mau diam untuk beristirahat. Mereka lebih memilih untuk bekerja.

Punya waktu luang untuk beristirahat dianggap negatif oleh orang dengan produktivitas beracun. Mereka biasanya juga memandang orang-orang yang bisa beristirahat sebagai pemalas atau tidak punya target, padahal tak selalu begitu.

Baca Juga: Mitos Atau Fakta: Obat Tetes Mata Bisa Atasi Katarak?

4. Punya ekspektasi yang tidak realistis

Target-target yang terlalu tinggi dan mustahil dicapai juga menjadi ciri toxic productivity. Karena target yang tak realistis itulah mereka akhirnya melakukan banyak hal tanpa jeda.

5. Tidak pernah merasa puas

Orang dengan toxic productivity tidak akan pernah merasa puas. Padahal, secara objektif, apa yang dilakukannya sudah lebih dari cukup. Bahkan, ada juga beberapa hal yang tetap dilakukan, meski sebenarnya tidak perlu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya