SOLOPOS.COM - Kondisi terkini lokasi lereng bukit yang longsor dan menutup jalur lingkar selatan ruas Dusun Sidorejo RT 001/RW 002, Desa Guwotirto, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (30/1/2021). (Istimewa)

Solopos.com,WONOGIRI — Belum genap satu tahun, puluhan kejadian tanah longsor sudah terjadi di Wonogiri selama 2021. Hal ini membuktikan sejumlah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa semua wilayah di Wonogiri, Jawa Tengah, rawan bencana longsor.

Memasuki musim penghujan, seluruh daerah di Wonogiri berpotensi terjadi longsor. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto, mengatakan sejak Januari hingga Agustus 2021 sudah ada 44 bencana tanah longsor yang dilaporkan BPBD. Kejadian itu tersebar di sejumlah kecamatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan catatan BPBD Wonogiri, diantara kecamatan yang terjadi longsor yakni Tirtomoyo, Bulukerto, Kismantoro, Slogohimo, Jatipurno, Jatisrono dan Paranggupito. Kejadian tanah longsor paling banyak terjadi di Jatipurno, sudah ada 17 kejadian selama 2021.

Baca juga: Bejat! Pria 52 Tahun di Karanganyar Cabuli Bocah 7 Tahun Pakai Selang Air

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu, total kerugian dari puluhan bencana longsor itu sebesar Rp165 juta. Bambang tidak menutup kemungkinan ada kejadian tanah longsor yang tidak dilaporkan ke BPBD. Padahal laporan sangat diperlukan untuk memetakan wilayah rawan tanah longsor.

“Sekecil apapun kejadiannya harus dilaporkan, untuk kepentingan pemetaan. Kemudia bisa ditindaklanjuti dan diedukasi soal pencegahan longsor di lokasi sekitar. Bisa pula dilakukan peningkatan kapasitas bagi warga sekitar,” kata dia di ruang keejanya, Kamis (23/9/2021).

Menurut Bambang, semua daerah atau kecamatan di Wonogiri berpotensi terjadi tanah longsor. Namun, potensi keterjadian itu berbeda-beda, mulai dari berpotensi tinggi, sedang hingga rendah.

“Faktor yang mempengaruhi potensi longsor bisa dilihat dari karakteristik wilayah. Misalnya tingkat kemiringan tanah dan jenis tanah. Jika tanah memiliki kemiringan yang cukup tegak dan berjenis tanah pasir, otomatis area itu rawan longsor,” ungkap dia.

Baca juga: Terdampak Tol Solo-Jogja di Klaten, Yoni Ternyata Simbol Seks

Sebelum longsor terjadi, kata Bambang, memiliki tanda-tanda. Diantaranya muncul rekahan tanah dan muncul rembesan air saat musim penghujan.

“Kalau ada rekahan tanah bisa segera ditutup. Sedangkan untuk mengantisipasi longsor karena air bisa membuat aliran air yang tidak melintasi area rawan longsor,” papar dia.

Di sisi lain, menurut Bambang, longsor bisa terjadi karena kejenuhan air di dalam tanah. Saat air menyatu dan tidak bisa menembus lapisan batuan, bisa terjadi pergerakan tanah atau tanah longsor.

Baca juga: Daftar 25 Wilayah Rawan Tsunami di Pulau Jawa, 4 di Jateng Termasuk Wonogiri

Untuk mengikat tanah, lanjut dia, masyarakat bisa menanami area rawan longsor dengan tanaman yang memiliki akar yang kuat. Diantaranya rumput vetiver atau akar wangi.

“Akar wangi itu akarnya sangat kuat dalam mengikat tanah. Tanaman ini cocok ditanam di area yang rawan longsor. Sehingga bisa mengurangi risiko bencana longsor,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya