SOLOPOS.COM - Dr Tonang Dwi Ardyanto. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Temuan virus SARS-CoV-2 varian Omicron di berbagai belahan dunia perlu disikapi bijak oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Warga diminta tak panik berlebihan dengan penularan varian yang kali pertama ditemukan di Afrika Selatan itu.

Temuan Omicron justru diharapkan meningkatkan kembali kedisiplinan protokol kesehatan (prokes) yang belakangan mengendur seiring berkurangnya jumlah kasus Covid-19. Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19 Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang juga Dokter Spesialis Patologi Klinik UNS, Tonang Dwi Ardyanto.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tonang mengatakan masyarakat jangan sampai melupakan prokes meski hingga kini belum ada konfirmasi temuan kasus varian Omicron di dalam negeri. Menurutnya, temuan varian baru tersebut perlu direspons dengan disiplin dan kehati-hatian oleh masyarakat.

Tonang tak ingin kasus merebaknya varian Delta pada Juli-Agustus 2021 lalu terulang di libur Natal dan Tahun Baru. Apalagi penularan varian Omicron belakangan sudah ditemukan di Australia yang notabene tetangga Indonesia.

Baca Juga: Kisah Cinta Sekar Kedhaton, Cikal Bakal Makam Pinggir Jalan Pajang Solo

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melabeli Omicron sebagai Variant of Concern (VoC) yang berarti varian itu mampu menyebabkan peningkatan penularan dan kematian. “Yang melaporkan berarti sudah berhasil mendeteksinya. Yang belum melaporkan bukan berarti pasti bebas virus varian. Mungkin karena belum berhasil mendeteksinya saja,” ujar Tonang kepada wartawan, Kamis (2/12/2021).

Fokus pada Tingkat Penyebaran

Ia masih mengumpulkan informasi mengenai tingkat keganasan varian Omicron. Tonang mendorong masyarakat meningkatkan kewaspadaan alih-alih terlalu memusingkan tingkat keganasan varian baru itu.

Lebih lanjut, Tonang menekankan pentingnya penanganan Covid-19 dengan fokus pada tingkat penyebaran. Dengan demikian, jumlah kasus tidak melonjak dan fasilitas kesehatan sanggup menampung sampai secara alami gelombang Covid-19 menurun.

Baca Juga: Reuni 212 bakal Digelar di Plaza Manahan, Kapolresta Solo: Tidak Boleh!

“Kalau kasusnya sangat tinggi, RS kewalahan. Tempat tidur kurang sampai harus antre di IGD, maka jadi besar risikonya. Angka kematian menjadi tinggi,” imbuhnya.

Selama hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda dunia, Indonesia sudah terkena dua kali gelombang penyebaran Covid-19. Hal ini membuat jumlah pasien Covid-19 termasuk angka kematian melonjak drastis.

Tonang meminta Pemerintah memastikan kedisiplinan masyarakat melaksanakan prokes, membantu memisahkan sumber-sumber penularan dengan isolasi, merawat orang yang mengalami gejala Covid-19, dan melakukan vaksinasi. “Mari kita awasi dan ‘juwehi’ terus menerus, diingatkan,” pesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya