SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak korban kekerasan (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Yayasan Kepedulian Untuk Anak (Kakak) Kota Solo memperingatkan orang tua tentang modus pelaku dan potensi anak menjadi korban kekerasan di dunia maya meningkat saat pandemi.

Para orang tua harus hati-hati dan memberikan perhatian penuh terhadap aktivitas anak di media sosial. Hal tersebut disampaikan Direktur Yayasan Kakak Kota Solo, Shoim Sahriyati. Menurutnya, potensi kekerasan di dunia maya terhadap anak menjadi lebih besar pada masa pandemi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Karena biasanya anak-anak di masa pandemi lebih dekat dengan gadget. Ketika bermain gadget itu apapun bisa terjadi. Termasuk, kekerasan di ruang maya,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (25/2/2022).

Baca Juga : Peneliti: Kekerasan Seksual Berdampak pada Kesehatan Mental

Seperti apa bentuk kekerasan yang bisa terjadi pada anak di ruang maya? Shoim memiliki catatan khusus. Kasus terhadap anak di dunia maya rata-rata adalah kekerasan seksual. Modus yang dilakukan pelaku pun beragam.

“Rata-rata pelaku mencoba berinteraksi dan mendekati anak melalui media online. Setelah behasil mengambil hati, si anak diajak bertemu hingga terjadilah kekerasan seksual. Hal seperti ini dikenal dengan istilah grooming,” ungkapnya.

Modus lainnya menggunakan foto. Seperti, yang terjadi beberapa waktu lalu. Seorang anak ditawari menjadi model oleh pelaku kekerasan seksual. Dia diminta mengirimkan foto badan dan membuka bagian-bagian tertentu.

Baca Juga : Ini Alasan Menteri Nadiem Terbitkan Permen Kekerasan Seksual di Kampus

“Anak itu mau-mau saja. Namun kemudian, foto itu dijadikan senjata menekan si anak untuk melakukan hal-hal yang lainnya. Jika tidak, foto tersebut akan disebar,” jelasnya.

Hal-hal seperti itu menurut Shoim harus diantisipasi agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. “Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan. Mereka harus mampu membuat anak-anaknya kritis. Artinya, anak harus bisa memilah setiap informasi yang diterima. Harus mampu membedakan mana yang baik atau benar dengan yang tidak,” tuturnya.

Perempuan juga Mengalami

Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak untuk menyaring teman berkomunikasi. Anak juga harus dilatih terbuka terhadap orang tua sehingga anak bisa bercerita kepada orang tua ketika ada sesuatu yang tidak nyaman. “Setidaknya diarahkan bercerita kepada orang yang dipercaya. Ada sebagian orang tua yang biasanya tampil garang sehingga anak takut bercerita,” ucapnya.

Baca Juga : Terbaru Kasus Dugaan Rudapaksa 3 Anak Luwu Timur, 80 Saksi Diperiksa

Direktur Yayasan SPEK-HAM, Rahayu Purwaningsih, mengatakan bahaya kekerasan di dunia maya tidak hanya terjadi kepada anak, tetapi juga perempuan. “Kasus baru-baru saja ditangani SPEK-HAM. Pelaku buka lowongan pekerjaan di Facebook kemudian korban bertemu dengan pemberi kerja. Ternyata korban mendapatkan kekerasan seksual di situ,” ungkapnya kepada Solopos.com, Jumat (25/2/2022).

Potensi kekerasan seksual banyak terjadi pada perempuan dengan bebagai modus. Biasanya memanfaatkan kelemahan perempuan, seperti tawaran pekerjaan, pelaku mengaku sebagai agency, dan lain sebagainya. “Ada juga pelaku menggunakan foto-foto tidak baik bersama korban. Pelaku mengancam akan menyebar foto-foto jika si perempuan tidak mau diajak berhubungan seksual,” ungkapnya.

Rahayu meminta perempuan lebih bijak bermedia sosial. Salah satunya menolak mengirimkan foto-foto atau melakukan sesuatu yang tidak-tidak di media sosial. “Intinya ya harus bijak dalam menggunakan teknologi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya