SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo mencatat 410 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sukoharjo, hingga pekan ke-26 atau periode Januari-Juni 2022. Sebanyak tujuh orang pasien meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, menjelaskan data tersebut berdasarkan catatan temuan kasus hingga pekan 22 selama 2022.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Guna menekan bertambahnya kasus, DKK terus melakukan antisipasi penanganan di Sukoharjo. Di antaranya, melakukan Pemantauan Jentik oleh Kader Pemantau Jentik di daerah endemis.

Selain itu, masyarakat diminta rajin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui G1R1J atau Gerakan 1 rumah 1 Jumantik. Penerapannya minimal satu orang peduli PSN di setiap rumah dan lingkungan masing-masing.

Lebih lanjut, masyarakat juga diminta abatisasi atau pembasmian larva nyamuk  menggunakan abate selektif pada tandon air yang tidak bisa dikuras. Pelaksanaan itu melibatkan kader jumantik.

Baca juga: Waspada! DBD Sukoharjo Tembus 410 Kasus, 7 Meninggal Dunia

Penyelidikan epidemiologi dalam waktu 1 x 24 jam setiap ada kasus dilakukan untuk menentukan sumber penularan dan tindakan penanggulangan.

Penanggulangan fokus di daerah-daerah yang ditentukan berdasarkan analisis hasil penyelidikan epidemiologi di 20 rumah sekitar wilayah DBD. Hal itu dilakukan karena terjadi transmisi penularan setempat.

Fogging juga dilakukan sebanyak dua siklus menggunakan insektisida yang masih efektif untuk vektor DBD. Berdasarkan uji resistansi insektisida di Kabupaten Sukoharjo.

“Sosialisasi dan edukasi ke masyarakat melalui sosmed, website, radio, leaflet. Penyuluhan setempat sebagai pengendalian vektor secara biologi dengan memelihara ikan, tanaman pengusir nyamuk, memasang ram nyamuk, tidak menggantung pakaian di kamar, dan lainnya,” imbuhnya.

Kepala Puskesmas Sukoharjo, Kunani Maharani, meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD saat musim pancaroba. Dia menyebut ada tiga kelurahan di wilayahnya yang terbilang tinggi kasus DBD.

Baca Juga : Seorang Warga Boyolali Meninggal karena DBD, Ini Langkah Warga Setempat

“Kelurahan terdampak terbanyak di Gayam, Joho, Sukoharjo. Kalau yang minim di Combongan dan Jetis. Faktor tinggi kasus karena kepadatan jumlah penduduk,” jelasnya.

Dia menambahkan Kelurahan Jetis menjadi wilayah dengan minim penularan. Hal itu karena rutin mengadakan grebeg jentik selama sebulan sekali.  Menurut Kunani, PSN lebih efektif dibanding fogging.

Kader jumantik yang ada di masing-masing kelurahan juga selalu dikerahkan untuk PSN. Masing-masing kelurahan/desa memiliki lima kader jumantik yang sudah dilantik bidan desa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya