SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogja mengatakan, sisa endapan material vulkanik erupsi Gunung Merapi 2010 di Sungai Boyong tercatat 1,8 juta meter kubik. Material tersebut berpotensi menjadi lahar dingin bila terjadi hujan berintensitas tinggi di puncak Merapi.

Kepala BPPTK Jogja Subandriyo mengatakan, sisa material vulkanik yang mengendap di Sungai Boyong masih berpotensi menjadi lahar dingin saat hujan turun di puncak gunung. Hal itu terjadi bila curah hujan di puncak Merapi turun dengan intensitas yang tinggi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tidak hanya di hulu Sungai Boyong, sisa material vulkanik juga banyak terendap di Sungai Gendol yang menjadi hulu Sungai Opak. Di hulu sungai tersebut, tersisa sekitar 27 juta meter kubik material vulkanik. Subandriyo menjelaskan, bila hujan di puncak Merapi intensitasnya rendah maka potensi banjir lahar dingin juga berkurang lantaran kandungan abu vulkanik semakin berkurang.

“Potensi terjadinya lahar dingin bisa terjadi bila hujan turun dengan intensitas tinggi. Kalau di puncak Merapi turun hujan 50 milimeter (mm) per jam dengan lama lebih dari dua jam, bisa berpotensi terjadi banjir lahar dingin,” jelas Subandriyo saat dikonfirmasi Jumat (4/1/2013).

Saat ini, katanya, intensitas hujan di puncak Merapi justru sering terjadi di sisi Barat sehingga aliran lahar dingin lebih banyak terjadi ke Magelang. Meskipun demikian, dia berharap agar seluruh warga di bantaran sungai yang berhulu di Gunung Merapi tetap harus waspada.

“Banjir lahar bisa terjadi saat di puncak hujan meskipun di Jogja sedang tidak hujan. Jadi, kami minta kewaspadaaan masyarakat khususnya di bantaran sungai,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jogja Riyadi mengatakan, curah hujan di awal Januari masih normal, berkisar 20 milimeter per hari. Meski beberapa hari lalu terjadi hujan dengan intensitas tinggi hingga 30 milimeter per jam, namun dia menilai kondisi tersebut masih normal.

“Puncak musim hujan akan terjadi akhir Januari hingga awal Februari. Tapi, kami tetap mengimbau agar masyarakat tetap waspada dengan potensi angin kencang,” ujarnya.

Musim hujan yang melanda Jogja sebulan terakhir telah mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah. Berdasarkan data Dinas Premukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Jogja, hingga awal tahun ini tercatat lima titik talut yang longsor dan tiga talut lainnya rawan longsor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya