SOLOPOS.COM - Salah seorang warga terdampak pembangunan bandara sedang memasak, di kediamannya yang masih belum 100% selesai dibangun, di lahan relokasi Desa Janten, Temon, Kulonprogo, Selasa (24/10/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Keberadaan bandara baru di Kulonprogo diyakini akan membuat kawasan tersebut menjadi lebih berkembang

Harianjogja.com, JOGJA-Keberadaan bandara baru di Kulonprogo diyakini akan membuat kawasan tersebut menjadi lebih berkembang. Selama ini, Kulonprogo menjadi kabupaten yang tertinggal di antara lima kabupaten/kota yang ada di DIY, jika dilihat dari pertumbuhan dan pendapatannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Munarto mengatakan, wilayah selatan dan utara Kulonprogo sejauh ini masih perlu mendapatkan perhatian pemerintah dalam hal pengembangan perekonomiannya. New Yogyakarta International Airport (NYIA) sendiri akan beroperasi di sisi selatan.

Menurutnya, untuk mengatasi masalah kemiskinan diperlukan kerjasama banyak Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD). Masing-masing SKPD bisa memasukkan program pengentasan kemiskinan dalam rancangan keuangannya.

“Kita perlu lakukan program kroyokan, artinya untuk mengatasi satu
masalah dilakukan bersama-sama oleh SKPD-SKPD. Jadi satu masalah diselesaikan bersama,” katanya, Kamis (16/11/2017).

Munarto meyakini, jika sinergi SKPD ini dilakukan maka juga akan menekan kesenjangan ekonomi antarkabupaten di DIY.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mudrajad Kuncoro mengatakan, kesenjangan ekonomi di DIY sangat terlihat. Hal itu dapat dilihat dari sumbangan kabupaten/kota terhadap ekonomi daerah.

“Sumbangan Jogja dan Sleman itu kalau digabung sekitar 60 persen
sementara Kulonprogo hanya 7,6 persen,” katanya.

Ia mencatat, kecamatan di Kulonprogo yang masuk kategori miskin adalah Kalibawang dan Kokap. “Padahal di Kokap sebentar lagi akan ada bandara di dekatnya. Ini tantangan,” katanya.

Menurutnya, pemerintah sudah saatnya melakukan hijrah dari orientasi ekonomi makro menuju ekonomi mikro.

Potensi daerah atau produk unggulan daerah sudah waktunya mendapat perhatian serius untuk dikembangkan agar menggerakkan perekonomian penduduknya serta meningkatkan daya saing pelaku usaha.

Mudrajad mengatakan, faktor penentu daya saing adalah perbaikan  pada sisi mikro. “Produktivitas sangat berpengaruh pada perbaikan mikroekonomi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya