Solopos.com, SRAGEN — Komisi IV DPRD Sragen mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen memanfaatkan keberadaan puskesmas untuk merawat pasien yang terkonfirmasi positif corona.
Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto, mengatakan sejak bangsal isolasi maupun instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit di Sragen penuh dua pekan lalu, banyak warga tidak bisa dirawat di rumah sakit.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Mereka akhirnya menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing walau ada gejala positif Covid-19. Kondisi itu diperparah dengan sulitnya warga mendapatkan tabung oksigen sehingga kondisi kesehatan mereka semakin menurun.
Baca juga: 500 Vaksin Covid-19 Sasar Keluarga Be3sar TNI dan Polri di Sragen
Tidak jarang di antara mereka akhirnya meninggal dunia karena tidak mendapatkan penanganan kesehatan secara lebih tepat.
“Saya mendapat banyak keluhan dari masyarakat. Saya sudah menghubungi sejumlah rumah sakit, tapi kondisinya penuh. Pasien disuruh antre. Sampai akhirnya dibawa pulang. Kondisinya rata-rata makin parah. Akhirnya, mereka meninggal dunia. Hampir setiap hari, kita banyak mendengar kabar duka. Rata-rata mereka meninggal karena Covid-19,” ujar Sugiyamto kepada Solopos.com, Jumat (9/7/2021).
Untuk mengatasi masalah yang dikeluhkan warga, Komisi IV DPRD Sragen mendorong Pemkab Sragen bisa mengoptimalkan keberadaan puskesmas untuk merawat pasien yang terkonfirmasi positif corona.
Baca juga: Sejarah Kelam Pabrik Gula di Jawa, 256 Buruh Tewas karena Kecelakaan Kerja
Puskesmas diharapkan bisa menampung pasien yang tidak bisa dirawat di rumah sakit karena penuh. Bila hal itu tak bisa direalisasikan, kata dia, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen melalui bidan desa bisa membuka layanan jemput bola untuk memantau kondisi warga yang menjalani isoman di rumah masing-masing.
“Langkah itu harus dilakukan karena kasus Covid-19 sudah sulit dikendalikan. Semua rumah sakit penuh dan warga yang positif itu terpaksa isoman di rumah, kalau dibiarkan pasti korban akan terus berjatuhan. Sekarang saja, mereka yang isoman di rumah sudah bertumbangan,” ucapnya.
Layanan Observasi Pasien
Menanggapi hal itu, Kepala DKK Sragen, dr. Hargiyanto, saat ini sejumlah puskesmas di Sragen sudah membuka layanan observasi bagi pasien yang terkonfirmasi positif corona.
Baca juga: Pegawai Kena Covid-19, Kantor Dispendukcapil dan Kelurahan Sragen Wetan Lockdown
Setidaknya terdapat beberapa tempat tidur yang bisa dipakai untuk merawat pasien positif corona selama 2-3 hari sembari menunggu ada ruang kosong di rumah sakit.
“Tidak semua puskesmas membuka layanan observasi [untuk pasien Covid-19], sebab beberapa puskesmas terpaksa di-lockdown karena ada beberapa nakes yang positif,” jelas dr. Hargiyanto.
Dia mengakui semua puskesmas belum memungkinkan merawat pasien Covid-19. Selain karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM), puskesmas juga belum ditunjang dengan infrastruktur medis yang lebih memadai, termasuk ketersediaan tabung oksigen.
Baca juga: Demam Bear Brand Berlanjut, Warga Kalijambe Sragen Bisa Jual 1.500 Susu dalam Sepekan
Saat ini, terdapat tujuh rumah sakit swasta di Sragen yang sudah ditunjuk menjadi RS rujukan pasien Covid-19 melalui surat keputusan (SK) Bupati. Yakni RS Amal Sehat, RS Sarila Husada, RS Mardi Lestari, RS Rizki Amalia, RS Yakssi, RS PKU Muhammadiyah dan RS Assalam.
Beberapa RS swasta lainnya tidak bisa menjadi RS rujukan pasien Covid-19 karena tidak memiliki tenaga dokter spesialis paru.
“SDM di puskesmas belum memadai. Bagaimana nanti kalau pasien [Covid-19] mengalami infeksi, siapa yang bisa menangani di puskesmas?” ujarnya.