SOLOPOS.COM - Banjir melanda kawasan Dinar Indah Kota Semarang, Jumat (6/1/2023). (Solopos.com-Antara/I.C. Senjaya)

Solopos.com SEMARANG – Hujan deras pada Selasa (31/1/2023) membuat kawasan perumahan Dinar Indah di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), kembali dilanda banjir. Padahal, sebelumnya kawasan itu baru saja didatangi Menteri PMK, Muhadjir Effendi.

Menanggapi banjir yang kembali melanda, kawasan Dinar Indah, Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu, bersama jajarannya pun meninjau ke Sungai Mluweh di Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Rabu (1/2/2023). Hal itu dilakukan untuk mengetahui penyebab utama terjadinya banjir kemarin yang melanda daerah Kota Semarang.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Penyebab banjirdiketahui berasal dari tidak kuatnya tanggul Sungai Babon tak mampu menahan arus air dari Sungai Mluweh yang merupakan induk dari Sungai Babon.

“Kemarin saat hujan di Ungaran itu di Sungai Mluweh debitnya sudah setinggi 150 sentimeter, lalu turun hingga ke daerah Pucang Gading sampai 100 cm tapi sudah ‘peres’ karena di Dinar Indah masih berupa tanggul sementara, maka ada yang jebol sedikit dan rembes,” ungkap Ita, sapaannya.

Ekspedisi Mudik 2024

Mengetahui banjir masih terjadi, Ia memyebut memang harus ada penanganan dari hulu hingga hilir. Ita berpendapat, sementara di hilir sudah dilakukan berbagai antisipasi, maka di kawasan hulu yakni di Kabupaten Semarang juga harus dilakukan langkah pencegahan agar tidak menyebabkan banjir ketika air turun ke bawah.

Antisipasi di hilir saat ini berupa penambahan pompa di Sungai Tenggang dan Sungai Sringin, pembuatan sheetpile, tanggul laut hingga normalisasi sungai.

Ita juga menyebutkan, salah satu upaya jangka pendek yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan reboisasi atau penghijauan di sekitar Sungai Mluweh dan daerah aliran Sungai Babon. Reboisasi dikatakan Ita bisa berupa penanaman berbagai jenis pohon yang bisa menahan erosi dan gerusan air.

“Proyek besar memang menunggu dari BBWS tapi penanganan awal yakni penghijauan karena di dekat perbatasan ada tanah bengkok dan Perhutani untuk ditanami tanaman yang bisa menahan gerusan air dan menahan erosi,” bebernya.

Ita juga mengusulkan pengerukan sedimentasi yang ada di sungai-sungai yang ada di Kota Semarang. Ketika sedimen sungai sudah dikeruk maka ketika debit air tinggi, maka paling tidak bisa membagi air. Contohnya saat cuaca cerah seperti saat ini, Ita meminta untuk bisa dikirimkan long arm agar pengerukan bisa segera dilakukan.

“Ke depan bisa dibuat model trapesium agar sungai bisa menampung air jika curah hujan tinggi. Karena kalau curah hujan di atas tinggi, kami ini yang di Semarang enggak hanya menerima air tapi juga lumpur, maka pengerukan di atas ini juga diperlukan,” ujarnya.

Sementara upaya lain yang sebenarnya sudah sering diwacanakan adalah melakukan penguatan tanggul-tanggul yang ada. Penguatan tanggul ini bisa dilakukan dalam waktu dekat karena menjadi solusi jangka pendek. Sementara untuk solusi jangka panjang, Ita berharap pemerintah pusat melalui BBWS Pemali Juana bisa membuat sebuah embung di daerah atas Semarang.

Harapannya dengan adanya embung ini nantinya bisa menjadi tempat transit bagi air dan bisa memecah konsentrasi air agar semuanya tidak turun ke Semarang bawah. “PR besarnya BBWS untuk jangka panjang ini menurut kami adalah membuat embung jadi nanti airnya bisa transit dulu agar beban dibawah tidka besar,” tutur Ita.

Dalam kesempatan sama, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang, Soekendro, menyebutkan dari sisi sedimentasi Sungai Mluweh memang sudah seharusnya untuk dilakukan pengerukan. Namun untuk daerah resapan air di Kabupaten Semarang diakuinya masih cukup baik.

Soekendro mengeklaim banjir di Kota Semarang memang dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari terakhir di wilayah Ungaran. Pihaknya juga setuju untuk beekolaborasi dengan Pemerintah Kota Semarang untuk penanganan banjir agar tidak berlarut-larut.

Sementara tentang adanya pembangunan perumahan di kawasan Ungaran yang berada di wilayah hijau, Soekendro mengatakan sejauh ini perumahan yang dibangun selalu sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berlaku.

“Perumahan yang ada di Ungaran sesuai dengan RTRW, maka perumahan kami sudah di kaji RTRW nya,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya