SOLOPOS.COM - Poster film Parasite. (Soompi)

Solopos.com, SOLO – Film Parasite berhasil meraih empat piala Oscars pada perhelatan Academy Awards 2020, di Dolby Theatre, Hollywood, California, Amerika Serikat, Minggu (9/2/2020) waktu setempat. Keempat piala Oscars itu diraih untuk kategori sutradara terbaik, film internasional terbaik, naskah asli terbaik, dan film terbaik.

Film garapan sutradara terkenal asal Korea Selatan (Korsel) Bong Joon-ho ini sebelumnya juga pernah mengukir prestasi di Cannes Film Festival Palme d’Or, Mei 2019. Dikutip dari Wikipedia, Rabu (12/2/2020), Parasite bercerita tentang kesenjangan sosial antara keluarga Kim yang terdiri atas empat pengangguran serta keluarga Park, pemilik perusahaan IT global.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Konflik bermula ketika Ki-woo, anak lelaki keluarga Kim, menjadi guru privat Da-hye, anak perempuan keluarga Park. Tanpa sepengetahuan keluarga Park, Ki-woo menyingkirkan orang kepercayaan keluarga itu dan mengganti dengan anggota keluarganya sendiri.

Perlahan, keluarga Kim mengambil alih rumah besar milik keluarga Park. Konflik bergulir dengan adegan saling membunuh antara dua keluarga. Film berakhir dengan Ki-woo tersadar dari halusinasinya.

Prestasi yang ditorehkan film Parasite diapresiasi oleh budayawan Indonesia Sujiwo Tejo. Menurutnya, kesuksesan film itu tak lepas dari dukungan pemerintah Korsel.

“Film Korsel akhirnya menang Oscar pasti karena dukungan penuh government di sana selama bertahun2 terhadap kesenian. Bukan cuma pemimpin yang baru datang ke bioskop krn deket2 pemilu. Itu pun kalau filmnya secara jumlah massa sudah berpotensi laris beberapa hari sebelumnya,” ungkapnya lewat akun Twitter @sudjiwotedjo, Senin (10/2/2020).

Associate Professor Study Film Chapman University California, Nam Lee, mengatakan lewat Parasite, Joon-hoo ingin menggambarkan ketidakadilan dan kesulitan dari perspektif pihak lemah. Berikut sejumlah kritik sosial dalam film Parasite:

Kesenjangan sosial

Keluarga Kim yang hidup serba kekurangan dan tinggal di permukiman kumuh sangat bertolak belakang dengan keluarga Park. Mereka hidup serba mewah dan berkecukupan. Hal itu tergambar di sejumlah adegan awal.

Pengangguran

Korsel menjadi salah satu tujuan tenaga kerja Indonesia (TKI) mengadu nasib. Faktanya, masyarakat asli Korsel masih punya masalah dengan pengangguran. Hal ini digambarkan ketika keluarga Kim bekerja sebagai pelipat kardus kedai piza.

Inflasi

Joon-ho menyisipkan adegan ketika istri tuan Park ingin memberi uang kepada Ki-woo, tapi kemudian dikurangi jumlahnya akibat tingkat inflasi yang sedang melonjak. Dia khawatir sedekah itu akan menggerus kekayaannya. (Ria Sari Febrianti/Solopos.com)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya