SOLOPOS.COM - Bupati Sukoharjo, Etik Suryani (tengah), bersama sejumlah pejabat di Pemkab Sukoharjo meminum jamu di Pendapa Graha Satya Praja (GSP) Pemkab Sukoharjo, Jumat (10/12/2021). (Istimewa/Humas Pemkab Sukoharjo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Peneliti jamu dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO mendatangi sentra industri jamu Nguter, Sukoharjo. Hal ini bagian dari upaya pengajuan nominasi jamu sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) tingkat dunia.

Jamu akan diusulkan masuk nominasi WBTB di level internasional melalui UNESCO pada 2022. Produk jamu dinilai memiliki keunikan sebagai warisan nenek moyang yang berkhasiat menjaga kebugaran dan menjaga sistem imun tubuh di tengah pandemi Covid-19.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, jamu telah ditetapkan sebagai WBTB Indonesia oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Ristek) pada 2019. Penetapan ini menjadi syarat utama usulan WBTB tingkat dunia melalui UNESCO. Selain budaya dan warisan leluhur, pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk mengangkat jamu ke level internasional.

Baca Juga: Kapolsek Grogol Terjun Langsung Bantu Warung Tengkleng Viral Solo Baru

Seorang peneliti nominasi jamu UNESCO, Erwin Jarot Skripsiadi, mengatakan proses pengajuan nominasi jamu sebagai WBTB dunia dilakukan dengan melakukan survei di Kampung Jamu Wonolopo di Semarang, Kampung Jamu Kiringan di Bantul, laskar jamu gendong di Jakarta. Kemudian komunitas jamu gendong di Surabaya dan sentra indusri jamu di Nguter, Sukoharjo.

“Jamu memiliki keunikan tersendiri karena banyak kampung jamu lintas daerah di Indonesia. Kemudian, saat ini masyarakat global sedang dilanda wabah Covid-19. Ini momentum jamu diusulkan sebagai nominasi WBTB melalui UNESCO pada tahun depan,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com di Pendapa Graha Satya Praja (GSP) di kompleks Gedung Setda Sukoharjo, Jumat (10/12/2021).

Mengisi Kuesioner

Erwin menyebut dalam penelitian yang ia lakukan, komunitas perajin jamu dan penjual jamu diwajibkan mengisi kuesioner untuk mengeksplorasi produk jamu serta dukungan pemerintah. Mereka menjawab puluhan pertanyaan seputar sejarah dan perkembangan industri jamu di Tanah Air.

Baca Juga: Lahan Terdampak Proyek JLT Sukoharjo Dipasangi Kawat Berduri

Kuesioner tersebut menjadi bahan pertimbangan UNESCO untuk menentukan apakah jamu layak atau tidak diakui sebagai WBTB dunia. Selama ini, UNESCO telah mengakui beberapa jenis budaya sebagai WBTB dunia. Misalnya, keris, wayang, batik, pencak silat, pantun, dan pinisi. “Tas Noken asal Papua ditetapkan sebagai WBTB oleh UNESCO pada 4 Desember. Ini yang terbaru karena penetapannya beberapa hari lalu,” ujarnya.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, menyatakan Pemkab Sukoharjo berkomitmen tinggi menjaga eksistensi jamu sebagai produk unggulan. Komitmen itu dituangkan dalam gerakan meminum jamu yang dilakukan para aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Sukoharjo setiap Jumat.

Begitu pula setiap hotel di Sukoharjo diwajibkan menyediakan welcome drink berupa jamu untuk para tamu yang menginap. Hal ini untuk mengenalkan jamu tradisional sebagai produk unggulan Kabupaten Sukoharjo kepada masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya