SOLOPOS.COM - Suratman membawa peralatan pencari ikan di Waduk Lalung, Karamnganyar, Selasa (11/9/2012). Para pencari ikan dadakan bermunculan karena debit air Waduk Lalung mengering selama musim kemarau. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/SOLOPOS)


Suratman membawa peralatan pencari ikan di Waduk Lalung, Karamnganyar, Selasa (11/9/2012). Para pencari ikan dadakan bermunculan karena debit air Waduk Lalung mengering selama musim kemarau. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/SOLOPOS)

Wajah Suratman, 37, tampak bercucuran keringat. Seketika, dia menyeka peluh keringat di wajah dengan tangan kanannya. Walaupun sinar matahari menyengat, tak menyurutkan niat Suratman untuk mengais rezeki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia memegang sebuah besi yang sudah tersambung dengan alat yang dapat mengalirkan listrik. Sementara tangan kirinya memegang jaring berukuran sedang. Suratman dan puluhan warga lainnya memanfaatkan keringnya debit air Waduk Lalung dengan mencari ikan.

Sebenarnya, profesi para warga tersebut bermacam-macam mulai dari petani hingga buruh. Mereka beralih profesi sebagai pencari ikan karena debit air Waduk Lalung mengering selama musim kemarau. Profesi dadakan tersebut selalu dilakoni sebagian warga setiap musim kemarau.

“Ketinggian airnya hanya satu meter jadi lebih gampang saat mencari ikan. Di hari biasa, ketinggian air bisa mencapai 10-11 meter, susah mendapatkan ikan,” katanya saat ditemui wartawan,” Selasa (11/9/2012).

Menurutnya, para pencari ikan dadakan di Waduk Lalung berasal dari beberapa daerah seperti Lalung (Karanganyar) dan Polokarto (Sukoharjo). Aktifitas sehari-hari para pencari ikan dimulai pukul 06.00 WIB-15.00 WIB. Mereka sudah membawa peralatan pencari ikan seperti jaring dan alat penyetrum ikan. Ikan yang terdapat di Waduk Lalung berjenis bawal dan kutuk. Hasil tangkapan bakal dijual kepada pengepul ikan setiap sore.

“Satu kilogram dihargai Rp25.000-Rp30.000 oleh pengepul. Saya bisa mendapatkan ikan sekitar 15-20 kg/hari. Bahkan kalau lagi ramai bisa 30 kg,” tuturnya.

Hal senada diungkapkan pencari ikan lainnya, Wanto, 32, penghasilan dari mencari ikan lebih besar dibanding petani. Biasanya, Wanto dapat mengantongi uang senilai Rp250.000-Rp300.000/hari. Bagi para pencari ikan dadakan, musim kemarau menjadi momentum untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

“Kami lebih senang menjadi pencari ikan karena penghasilannya lebih besar dibanding petani. Sekarang lahan pertanian tidak ditanami makanya kami beralih profesi menjadi pencari ikan,” tambah warga asal Kelurahan Lalung, Karanganyar itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya