SOLOPOS.COM - Puluhan warga beramai-ramai mencari ikan di sisa air di Waduk Gebyar yang terletak di Dukuh Bayut, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Sabtu (7/8/2021).(Tri Rahayu/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN–Puluhan warga memadati perairan Waduk Gebyar yang mulai mengering. Mereka menceburkan diri ke air yang kedalamannya tinggal 60 cm di dekat pintu air. Ada yang membawa jaring kecil.

Ada pula yang membawa jaring besar. Beberapa anak-anak ikut serta dalam berburu ikan di waduk yang terletak di Dukuh Bayut, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Sabtu (7/8/2021) siang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Terik matahari tak mereka hirauan. Motor-motor mereka diparkir di dasaran waduk yang sudah mongering. Sejumlah warga lainnya menonton dari tanggul waduk sembari berteduh. Berburu ikan menjelang waduk mengering seolah menjadi tradisi tahunan bagi warga Jambeyan. Banyak ikan yang didapat, mulai dari ikan wader, mujahir, nila, udang, tombro, dan lele.

Baca Juga: Kabar Baik, Pemerintah Tanggung PPN Sewa Bangunan Pedagang Ecer

Beberaoa warga sengaja menunggu di daratan untuk mengadang pencari ikan yang naik. Ikan-ikan hasil tangkapan mereka dibeli dengan harga Rp25.000/kg. Namun, ada pula yang tak mau menjual ikan hasil tangkapan karena ingin dimakan sendiri.

Darmono, 40, warga Jambeyan, bergegas naik ke daratan. Baju dan celananya basah kuyup. Ia membawa jaring dengan kerangka membentuk segi tiga dan sekatung ikan beraneka jenis. Ia ikut berburu ikan sejak pukul 11.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB. Selama 1,5 jam itu, Darmono bisa mendapatkan ikan sebanyak 1 kg.

“Ini seperti tradisi panen bagi warga Jambeyan. Waduk ini setahun sekali mengering. Sejak sebulan terakhir air waduk terus mengering. Saat musim penghujan ada warga yang menabur ikan di waduk dan saat musim kemarau dipanen. Yang memanen ya masyarakat secara bebas dengan cara berburu. Yang menabur ikan itu ada yang bantuan dari dinas, ada pula yang dikelola kampung, yang jelas ribuan ekor,” kata Darmono saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu siang.

Baca Juga: Untung Dobel, Difabel Ikut Vaksinasi di Sragen Dapat Hadiah Daging Ayam Plus Telur

Udang Paling Banyak

Darmono melihat pemburu ikan tak sebanyak tahun lalu karena adanya pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dia memperkirakan hanya ada 50-an orang yang mencari ikan hari itu tetapi pada tahun lalu bisa sampai seratusan orang.

“Sebelumnya banyak yang menangkap ikan dengan jala saat air masih dalam. Setiap hari ada 10-15 orang. Saat air tinggal sedikit maka jadi puncak berburu ikan,” ujarnya.

Berbeda dengan Joko, 43, warga Jambeyan lainnya, yang sibuk mencari ikan. Ia mulai berburu ikan sejak pukul 09.00 WIB. Hingga pukul 13.00 WIB, Joko sudah berhasil membawa 2 kg ikan berbagai jenis. Namun, Joko belum menyerah. Ia masih berburu udang karena cukup banyak. “Dapatnya lumayan. Udang yang paling banyak. Pada musim penghuan lalu sepertinya tidak ditaburi ikan,” ucapnya.

Baca Juga: Tersetrum Saat Merumput, Warga Plupuh Sragen Meninggal

Waduk Gebyar menampung air dari Sungar Gebyar yang hulunya dari sudetan aliran Sungai Sawur. Sumber air sungai itu berasal dari sumber air Dares yang terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Seorang tokoh pemuda setempat, Sugiyono, menyampaikan Waduk Gebyar itu pernah dikelola karangtaruna Jambeyan. Setelah tiga bulan ditaburi ikan, kata dia, karangtaruna membuka pemancingan dan animonya banyak dari luar Sragen.

Setiap warga yang mau mincing, jelasnya, membeli tiket seharga Rp70.000/orang. “Hasilnya lumayan untuk kas karangtaruna. Namun, pada tahun ini tidak lagi dikelola karangtaruna tetapi dibiarkan. Entah masalahnya apa, saya tidak tahu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya