SOLOPOS.COM - Bus Langsung Jaya jurusan Jogja-Solo menunggu penumpang di Terminal Tirtonadi, Solo, Jumat (10/6/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Posisi bus bumel Solo-Jogja diprediksi kian terjepit setelah jalan tol yang menghubungkan Solo dan Yogyakarta selesai dibangun. Sebelumnya, bus Solo-Jogja sudah dalam posisi terimpit persaingan dengan bus Surabaya-Jogja yang juga menaikturunkan penumpang di Solo dan KRL Solo-Jogja.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Para penumpang bus ramai-ramai berganti menggunakan KRL karena sejumlah keunggulannya. Di antaranya dari sisi kecepatan, tarif lebih murah, dan menawarkan kenyamanan lebih.

“Pekerja, misal rumah Klaten kerja di Solo atau sebaliknya, mereka pilih naik KRL. Kalau mau keluar pulau, mau naik pesawat, naik KRL dari Solo, turun di Stasiun Maguwo, lalu naik pesawat. Penerbangan keluar Jawa di Solo tak ada,” tutur Ketua DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Solo, Sri Baskoro, saat diwawancarai wartawan, beberapa hari lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Baskoro menjelaskan KRL Solo-Jogja banyak disukai karena memang memiliki banyak keunggulan. Selain tarifnya yang murah, juga tepat waktu, dan berhenti di banyak stasiun. Sehingga bagi bus-bus Solo-Jogja, KRL itu menjadi tantangan yang berat.

Baskoro menambahkan kondisi bus Solo-Jogja diprediksi akan semakin terjepit bila jalan tol Solo-Jogja sudah beroperasi. “Harapan tetap ada, tapi minim. Sekarang Solo-Semarang saja wis sepi. Saingane travel, Solo-Semarang lewat tol tarif terendah Rp45.000,” urainya.

Baca Juga: KRL Unggul Di Kecepatan, Bus Solo-Jogja Dipilih Untuk Perjalanan Malam

Baskoro mengaku melakukan survei langsung operasional travel Solo-Semarang. Kelebihan lain layanan travel Solo-Semarang maupun Solo-Jogja adalah lokasi pool yang berada di pusat kota. “Karena lewat tol, layanan travel menjadi tepat waktu,” imbuhnya.

Solusi Untuk Bangkit

Disinggung jumlah penumpang bus Solo-Jogja, menurut Baskoro, hanya di kisaran 15 orang hingga 20 orang sekali jalan. Pada jam-jam sibuk, jumlah penumpang bisa mencapai 30 orang. Jumlah itu terbilang minimalis karena jumlah kursi hingga 50 seat.

“Rata-rata paling tinggal 15 orang, 20 orang nek isuk tok. Penumpangnya anak sekolah, karyawan yang berangkat. Tidak sampai separuh dari kapasitas kursi. Ketika jam berangkat sekolah bisa sampai 30 penumpang, isine cah-cah sekolah,” tambahnya.

Ihwal solusi bagi bus Solo-Jogja agar tidak makin terpuruk terlebih nanti setelah ada tol Solo-Jogja, Baskoro berpendapat mereka harus merger atau model konsorsium. Bus yang sudah tua dihilangkan, diganti bus-bus seperti Batik Solo Trans (BST).

Baca Juga: Bus Solo-Jogja Bertahan Berkat Pelanggan Setia Yang Paham Sensasi Bumel

“Nanti disubsidi pemerintah. Ada biaya operasional kendaraan,” katanya. Seperti diberitakan, pemerintah saat tengah memproses pembangunan jalan tol Solo-Jogja yang ditargetkan selesai pada tahun depan. Saat ini, pemerintah tengah melaksanakan tahap pembebasan lahan di wilayah Klaten dan Boyolali.

Sementara itu, menanggapi situasi bus jurusan Solo-Jogja yang kian terjepit, Kepala Terminal Tirtonadi, Joko Sutriyanto, mengatakan satu-satunya cara untuk tetap menghidupkan bus Solo-Jogja adalah dengan memaksimalkan fasilitas agar mampu menarik perhatian penumpang.

Membenahi Fasilitas

“Bus Solo-Jogja terkena Imbasnya [KRL] itu bisa sampai 10%, karena sekarang manajemen, crew kami tuntut untuk persaingan fasilitas, pelayan, busnya bersih. Sekarang bus-bus lintasan [Surabaya] itu bagus-bagus,” ucapnya saat ditemui Solopos.com di Kantor Terminal Tirtonadi Solo, Jumat (10/6/2022).

Joko justru mendukung adanya KRL karena menurutnya penumpang akan semakin banyak pilihan. Tidak menutup kemungkinan untuk bus Solo-Jogja semakin kalah saing. Dari hal itu satu-satunya jalan manajemen PO bus harus mampu mengubah fasilitas bus agar tidak kalah saing nantinya.

Baca Juga: Perbandingan Naik Bus Solo-Jogja Versus KRL: Cerita Pengalaman Langsung

“Ya dari kami hanya bisa memberikan saran untuk menambah fasilitas, busnya dipercantik, bersih, syukur-syukur sekarang banyak bus yang ada pramugarinya, itu bisa jadi referensi,” jelasnya.

Joko mengatakan penumpang adalah raja. Mereka harus mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang bagus agar menjatuhkan pilihan untuk tetap menggunakan bus. “Sekarang gini ya penumpang itu raja, diperlakukan dengan baik, difasilitasi yang baik, nah mereka nanti yang akan dengan sendirinya punya pilihan,” terangnya.

Joko menambahkan selera setiap orang berbeda-beda. Begitu pula tujuannya, ada yang memang suka naik bus, ada yang suka naik kereta. “Bahkan mereka [bus Solo- Jogja] saingannya bukan sama KRL, bus lintas kota saja, lihat sekarang banyak kan yang ke Solo-Jogja naik kendaraan pribadi, nah itu juga yang kudu dipertimbangkan, fasilitas sekali lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya