Solopos.com, SOLO — Seorang budayawan di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, KRT Joko Wiranto Adi Nagaro, menceritakan pembangunan Jembatan Mojo penghubung Kota Solo di Kecamatan Pasar Kliwon dengan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pernah memakan korban.
Sesuai rencana, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akan melakukan revitalisasi Jembatan Mojo dalam waktu dekat. Namun, siapa sangka, pembangunan Jembatan Mojo kali pertama ternyata pernah memakan korban.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Budayawan Kecamatan Pasar Kliwon, KRT Joko Wiranto Adi Nagaro, mengatakan pembangunan Jembatan Mojo dilakukan sekitar tahun 1988 atau 1990. Saat itu, katanya dia menginjak SMP kelas IX sampai SMA kelas XI.
“Dulu yang ngelas di atas ada satu orang yang tersambar petir,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (7/6/2022) petang.
Menurut dia, kondisi saat kejadian itu langit mendung atau berawan gelap. Joko sedang perjalanan pulang sekolah dan mendengar kabar ada orang meninggalkan dunia tersambar petir. Tetapi, dia mengaku tak mengetahui kejadian tersebut secara detail.
Baca Juga : Sebelum Ada Jembatan Mojo, Warga Pakai Perahu Seberangi Bengawan Solo
Jembatan Mojo ini berada di kawasan yang dulunya digunakan sebagai pintu masuk atau bandar di Sungai Bengawan Solo. Para pedagang dari mancanegara, termasuk Tiongkok dan Belanda melalui jalur itu.
Kawasan pelabuhan menyisakan gapura yang dibangun Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Gapura tersebut nyaris tak terlihat dari jalur kendaraan saat melintas di Jembatan Mojo.