SOLOPOS.COM - Cabai berbagai jenis dijual di Pasar Kota Wonogiri, Minggu (6/3/2022). (Rudi Hartono/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah mencurahkan isi hati alias curhat soal minyak goreng dan cabai.

Mereka menyampaikan stok minyak goreng langka dan harga minyak goreng mahal. Dua hal itu menjadi problem nasional. Kelangkaan minyak goreng dirasakan seusai pemerintah pusat menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng Rp14.000.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di Kabupaten Wonogiri, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag) turun ke lapangan menindaklanjuti kelangkaan minyak goreng. Beberapa waktu lalu Dinas KUKM Perindag mendistribusikan minyak goreng ke pedagang pasar tradisional.

Baca Juga : Cabai Merah Rp39.000/Kg, Cek Harga Sembako Solo, Senin 14 Maret 2022

Kepala Dinas KUKM Perindag Kabupaten Wonogiri, Wahyu Widayati, menyampaikan telah melakukan operasi pasar minyak goreng di lima kecamatan Kabupaten Wonogiri. Termasuk, di antaranya Pasar Kota Wonogiri.

Salah satu pedagang, Sukatni, membenarkan soal distribusi minyak goreng dari Dinas KUKM Perindag. “Iya, kemarin Jumat [11/3/2022] distribusinya. Setiap kios pedagang mendapat jatah lima karton minyak goreng kemasan sederhana,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Senin (14/3/2022) pagi.

Katni, panggilan akrabnya, menjual minyak goreng hasil distribusi Dinas KUKM Perindag seharga Rp13.500 hingga Rp14.000 per liter. Harga itu sudah termasuk keuntungan yang didapat karena dia membeli minyak goreng Rp12.000 per liter. Minyak goreng ludes dalam waktu satu hingga dua jam setelah Katni mendapat distribusi.

Baca Juga : Curhat Pedagang Pasar Kartasura Sulit Dapatkan Pasokan Minyak Goreng

Pedagang lain di Pasar Kota Wonogiri, Iskandar, mengaku tak kebagian jatah 5 karton minyak goreng operasi pasar yang didistribusikan Dinas KUKM Perindag pada Jumat lalu. “Memang banyak yang sudah mendapat distribusi minyak goreng, tapi saya kebetulan enggak dapat. Katanya yang kemarin itu masih distribusi tahap pertama dan setelah itu akan ada distribusi minyak goreng lagi,” kata Iskandar kepada Solopos.com, Senin.

Operasi Pasar Bukan Solusi?

Sayangnya, operasi pasar minyak goreng tidak berdampak besar terhadap stok minyak goreng di pasar. Layaknya operasi pasar minyak goreng yang digelar pemerintah di berbagai wilayah secara bergiliran, perburuan dan ketersediaan stok minyak goreng lekas habis.

Iskandar mengaku harus rela membeli stok minyak goreng dengan harga tinggi. “Satu liter seharga Rp17.000-Rp18.000. Jadi menjualnya Rp19.000-Rp20.000 per liter. Masih sesuai harga lama,” tutur dia.

Baca Juga : Pedagang di Boyolali Sambat Kulak Minyak Goreng Harus Beli Barang Lain

Selain minyak goreng, cabai rawit di pasar tradisional juga menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Informasi yang dihimpun Solopos.com Senin, harga cabai rawit mulai terkerek naik sejak akhir tahun 2021.

Waktu itu, harga cabai rawit sempat menembus angka Rp90.000 per kg. Kenaikan harga itu terjadi dalam kurun waktu satu bulan. Harga cabai rawit sempat turun beberapa waktu lalu hingga Rp30.000 per kg.

Baca Juga : Warga Sragen Sulap Biji Klenteng Menjadi Minyak Goreng Alternatif

Seperti diberitakan Solopos.com beberapa waktu lalu, harga cabai rawit kembali naik hingga dua kali lipat. Namun di kios milik Katni, Senin (14/3/2022), harga cabai rawit kembali turun. “Sekarang harga cabai rawit sudah Rp45.000 per kg,” ujarnya.

Ia juga menerangkan tidak mengetahui alasan harga cabai tidak stabil. Ia hanya berpendapat kenaikan harga cabai rawit dipengaruhi musim panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya