SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengangguran. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Tingkat pengangguran terbuka pengangguran di Kota Solo naik tajam selama dua tahun pandemi Covid-19. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran pada 2019 berkisar 4,16% kemudian naik menjadi 7,92% pada 2020.

Angka itu sedikit turun pada 2021 menjadi 7,85%. Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Solo, Bambang Nugraha, mengakui tingginya penambahan jumlah pengangguran akibat Pandemi Covid-19 yang hampir dua kali lipat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ia menjelaskan pada 2020, banyak pelaku usaha dari berbagai sektor menutup usahanya, seperti pariwisata, perhotelan, perdagangan, dan transportasi. Dampaknya, mereka merumahkan atau memutus hubungan kerja karyawannya.

“Dari situ, jumlah pengangguran meningkat, sementara penduduk usia kerja dari tahun ke tahun juga meningkat. Akhirnya TPT [tingkat pengangguran terbuka] melonjak tinggi,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (19/1/2022).

Baca Juga: Dishub Pastikan Tak Ada Pengalihan Lalin saat Peresmian Pasar Legi Solo

Tingkat pengangguran di Kota Solo yang naik tajam juga disumbang sektor informal akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bambang melanjutkan pada 2021, TPT sedikit menurun yang menunjukkan adanya pemulihan ekonomi meski tak signifikan.

PPKM sedikit melonggar yang berimbas pada mulai bergeliatnya sektor-sektor usaha yang sebelumnya gulung tikar. Hal tersebut menandakan perekonomian bergerak ke arah positif kendati belum bisa pulih seperti di 2019.

“Para pengangguran itu paling banyak berasal dari perusahaan skala menengah. Sedangkan skala kecil tidak terlalu terdampak mengingat tenaga kerja yang dimiliki juga tidak sebanyak skala menengah,” bebernya.

Baca Juga: Tanda-Tanda Warung Hik Solo Mulai Tergerus Kafe

Pemulihan Ekonomi

Sejumlah hal yang mendorong pemulihan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran terbuka di Kota Solo, di antaranya vaksinasi serta bantuan sosial (bansos) dan bantuan usaha yang memunculkan usaha-usaha baru. Namun hal tersebut belum cukup mampu meningkatkan pendapatan per kapita.

“Walaupun naik, tapi hanya di bagian tertentu, biasanya mereka bekerja di sektor informal yang tidak membutuhkan skill dan syarat protokol kesehatan lengkap. Tapi, optimisme pertumbuhan ekonomi tetap ada,” jelasnya.

Sementara, berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Solo, jumlah tenaga kerja sektor formal di Kota Solo hingga Juni 2021 mencapai 31.400-an orang berdasar Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan (WLKP). Dari jumlah itu, 2.569 orang di antaranya terdampak Covid-19.

Baca Juga: Hujan Deras, Bangunan Pasar Legi Solo Tergenang, Ini Foto-Fotonya

Perinciannya, 2.460 tenaga kerja dirumahkan dan sisanya mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). “Tapi, boleh dibilang TPT 2021 di Solo masih lebih baik dibandingkan kota lain, seperti Magelang yang sampai 8,73%, Semarang 9,54%, dan Tegal 8,25%,” tutupnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Disnaker Solo, Widyastuti, mengakui melonjak tingkat pengangguran di Kota Bengawan. Kenaikan TPT karena terjadinya Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terjadi PHK maupun adanya wirausaha yang bisnisnya bangkrut.

Kemudian, penurunan TPT di 2021 merupakan dampak karena intervensi di berbagai bidang untuk pemulihan ekonomi di masa Pandemi, sehingga ekonomi mulai kembali menggeliat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya