SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19. (Freepik.com)

Solopos.com, SLEMAN — Sebanyak 20 siswa SMA/SMK di empat kapanewon (kecamatan), Sleman terpapar Covid-19. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini, proses pembelajaran tatap muka (PTM) di empat SMA/SMK dialihkan ke daring.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Cahya Purnama mengatakan penemuan 20 kasus tersebut dihasilkan dari sampling (tes swab acak)oleh Dinkes. Kemudian dilanjutkan tracing kepada kontak erat (KE) pada Rabu (24/11).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari hasil tracing KE, terdapat penambahan 20 kasus lagi. “Hasil tracing dari random sampling PCR di SLTA 24 November kemarin, ditemukan 20 kasus tambahan,” kata Cahya, Kamis (25/11/2021).

Baca juga: Joss! Tes Covid-19 Warga Sekolah di Sleman Menggunakan PCR

Temuan kasus paling banyak terdapat di SMKN 1 Tempel sebanyak 14 kasus, SMAN 1 Cangkringan, SMAN 1 Seyegan dan SMAN 1 Pakem masing-masing dua kasus. “Kami sudah berkoordinasi dengan Balai Dikmen dan Puskesmas wilayah untuk segera tracing di lingkungan dan mengarahkan ke isoter,” ujar Cahya.

Menurut Cahya, banyaknya siswa SMA/SMK di Sleman yang terpapar Covid-19 ini tidak terlepas dari tingginya mobilitas mereka. Pasalnya siswa-siswa SMA/SMK ini sudah lebih mandiri sehingga aktivitas untuk berkumpul dan berkerumun juga tinggi.

“Kondisi berbeda dengan siswa SD dan SMP yang mana mau ke sekolah harus diantar jemput. Jadi memantaunya lebih mudah,” katanya.

Oleh karenanya, ia meminta agar seluruh masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 5 M meliputi memakai masker, mencuci tangan pakai sabun / hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. “Apalagi setelah divaksin status mereka yang terpapar Covid-19 menjadi orang tanpa gejala (OTG),” katanya.

Baca juga: Skrining Acak, Empat Siswa di Kota Jogja Positif Covid-19

Kepala Balai Pendidikan Menengah Kabupaten Sleman Priyo Santoso mengatakan sekolah yang siswanya ditemukan kasus Covid-19 untuk sementara meniadakan kegiatan luring (PTM). Sebagai gantinya, siswa tetap bersekolah dengan metode daring.

Priyo mengatakan kasus tersebut bermula saat tes acak yang dilakukan di sejumlah SMA/SMK di Sleman. Sampel siswa diambil di setiap kapanewon. Di Tempel ditemukan 14 kasus, Cangkringan 2 kasus, Kalasan 1 kasus, Pakem 2 kasus, dan Seyegan 2 kasus. “Ada juga di SMA Insan Cendekia Turi, hasilnya belum kami terima,” katanya.

Dikmen, katanya, sudah melakukan koordinasi dengan sekolah dan Dinkes Sleman. Hasilnya sekolah tidak libur tetapi digelar secara daring. “Proses pembelajarannya kan tinggal beberapa hari lagi. Terutama di Tempel itu, ada ujian kompetensi masih kurang tiga hari. Kami tunda ujiannya setelah PTAS. Begitu juga dengan sekolah lainnya (yang terpapar Covid-19),” katanya.

Baca juga: Bucin Parah, Anak Jual Perabot Rumah Ibunya, Ini Reaksi Bupati Bantul

Dinkes Sleman Fokus Tracing

Priyo mengatakan, di Seyegan, Sleman, awalnya ada 1 kasus siswa yang positif. Setelah ditracing, dua siswa lainnya dinyatakan positif Covid-19. “Jadi penularannya juga tidak tahu dari mana. Yang jelas tracing dilakukan tidak hanya kepada siswa tetapi juga kepada keluarganya,” katanya.

Sejatinya, kata Priyo, proses pembelajaran tatap muka tidak harus menunggu masa inkubasi selama 14 hari. Hanya saja kebijakan Dinkes Sleman meminta agar sekolah tetap ditutup selama 14 hari untuk mencegah penularan dan menfokuskan tracing.

“Kalau dari sisi pendidikan ya sebenarnya kasihan anak-anak kalau kelamaan tidak sekolah. Tetapi kami ikuti aturan di Sleman dengan mengubah metode pembelajaran daring,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya