SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sampah yang masuk ke TPA Sukoharjo. (Solopos/Whisnupaksa).

Solopos.com, SUKOHARJO — Penambahan lahan di tempat pemrosesan akhir (TPA) di Desa Mojorejo, Bendosari, Sukoharjo masih dikaji.

Menyusul adanya penambahan volume sampah dari seluruh daerah Kabupaten Sukoharjo ke TPA Mojorejo yang terus bertambah dengan jumlah total 200 ton sampah per hari.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukoharjo, Agus Prapto mengatakan pihaknya telah mengusulkan adanya penambahan luasan TPA.

“Kalau kemarin memang kami usulkan pada 2023 kami usul ada penambahan luasan TPA karena peningkatan volume sampah yang diangkut ke TPA. Cuma itu kan masih dicoba di pembahasan APBD 2023,” terang Agus, Rabu (28/9/2022).

Dia mengatakan pada rapat Perubahan Anggaran 2022, Komisi III DPRD Sukoharjo juga sudah merekomendasikan untuk perubahan anggaran APBD 2023 terkait hal itu.

Baca juga: PENGELOLAAN SAMPAH KLATEN : Bersedia Tampung Sampah, Desa Candirejo Digelontor Rp750 Juta

“Jadi ada usulan untuk 2023 supaya bisa ditambahkan luasan lahan di TPA Mojorejo Sukoharjo. Belum [rencana pemindahan lahan TPA], penambahan itu kami buat kajian terlebih dulu. Kami ada rencana kajian TPA apakah perlu dilakukan penambahan TPA baru atau cukup di situ,” terang Agus.

Dia mengatakan pihaknya akan menyusun kajian terlebih dulu, dengan melihat potensi yang ada. Pada APBD 2023 mendatang pihaknya juga akan mengajukan anggaran perihal kajian itu.

Disinggung mengenai pengolahan sampah di TPA Mojorejo Sukoharjo, menurutnya TPA saat ini hanya sebagai penimbunan.

Pengontrolan sampah dilakukan dengan sistem control landfield untuk  mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan, sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh hari.

Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA, maka dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah. Menurutnya sebagian yang masih bisa digunakankan, dia buat untuk kompos.

Baca juga: Mantap! 2 Kamera CCTV Siap Awasi Pembuang Sampah “Nakal” di Cemani

“Cuma memang volumenya [control landfield] kecil, sama [hasil pengolahan sampah] yang [berwujud] gas metana kami manfaatkan untuk kompor rumah tangga untuk masyarakat sekitar,” terang Agus.

Dia meminta peran serta masyarakat diharapkan dapat dimulai dari pemilahan rumah tangga, dengan pemilahan sampah organik dan anorganik. Sebab jika sudah dipilah proses pengolahan selanjutnya akan lebih mudah.

“Kemarin kami istilahkan dengan zero waste family system, istilahnya dari keluarga bisa dikelola minimal dilakukan pemilahan. Masalahnya kalau kami ssendiri ya keteteran. Karena ini kan merubah mainset dan gaya hidup ya. Jadi itu tidak mudah harus massif dilakukan,” ujar Agus.

Seperti diketahui Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo menambah lahan TPA Mojorejo sekitar 2.700 meter persegi pada 2020.

Namun, penambahan lahan TPA Mojorejo hanya bersifat sementara. TPA Mojorejo diperkirakan bisa menampung sampah maksimal lima tahun mendatang.

Baca juga: Sukoharjo Tunggu Ini Sebelum Pasok Sampah ke PLTSa Putri Cempo Solo

Di sisi lain, berawal dari keprihatinan perihal banyaknya sampah plastik di sungai sekitar desanya, warga Dukuh Kebak RT 001/RW 013, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Purwanto, 40 membuat sebuah inovasi.

Dia mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) dengan proses pembakaran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya