SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengecekan virus hendra. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Di tengah ancaman hepatitis akut misterius kini muncul penyakit baru yang dipicu oleh virus Hendra, bagaimana potensi penyebarannya di Indonesia? Simak ulasannya di info sehat kali ini.

Virus yang berasal dari kuda dan rubah terbang ini merupakan virus RNA, single strain, dan termasuk dalam famili Paramyxoviridae, subfamili Paramyxovirinae. Virus ini dikategorikan dalam genus Henipavirus, yang merupakan salah satu anggota dari subfamili Paramyxovirinae (Respirovirus, Morbillovirus, Avulavirus, dan Rubulavirus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Agar tidak menyebar di Indonesia, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah pencegahan agar wabah virus Hendra tidak masuk ke RI.  Dikutip dari laman Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, Kamis (19/5/2022), pencegahan masuknya wabah virus ini ke RI telah dilakukan dengan pelarangan importasi kuda dan produk turunannya dari daerah endemis yaitu Australia.

Selain itu, budaya mengkonsumsi kelelawar pun harus dihilangkan karena dari hasil penelitian ditemukan kelelawar yang positif secara serologis terhadap infeksi virus Hendra.

Baca Juga: Apa itu Virus Hendra? Ini Penjelasannya

Vaksinasi dapat memutus siklus penularan virus dari kuda ke manusia dan memberikan keamanan pada kesehatan masyarakat. Cakupan vaksinasi yang luas pada kuda memiliki potensi secara signifikan untuk mengurangi risiko eksposur pada manusia. Mengurangi kontak dengan hewan sakit merupakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan khususnya oleh orang yang sering berinteraksi dengan hewan (kuda). Orang yang menangani hewan sakit (virus Hendra) harus mencuci semua peralatan yang terkontaminasi, mencuci tangan dan rambut dengan sabun dan air mengalir, dan mengganti pakaian dan sepatu kandang.

Infeksi virus Hendra terjadi hanya di Australia, dimana virus ini endemis pada rubah terbang. Seropositif rubah terbang ditemukan dari Darwin di Australia Tengah ke Melbourne di Australia Tenggara. Kebanyakan kasus terjadi di Queensland, tapi satu kuda dilaporkan terinfeksi di New South Wales pada 2006. Antibodi pada rubah terbang juga telah ditemukan di Papua New Guinea. Antibodi terhadap henipavirus juga telah ditemukan pada hewan di Madagaskar dan Kamboja.

Baca Juga: Virus Hendra, impor produk turunan kuda Australia juga dilarang

Pada kuda, masa inkubasi virus Hendra diperkirakan 5 hari-16 hari. Masa inkubasi pada percobaan terhadap kucing yang terinfeksi adalah 4-8 hari. Pada kuda muncul gejala klinis yang ditunjukkan oleh dua sindrom yaitu ditandai oleh penyakit pernapasan dan kelainan saraf. Sebagian besar kasus yang diketahui bersifat parah dan akut, serta menimbulkan kematian dalam beberapa hari. Namun, juga dilaporkan kasus ringan pada kuda hingga penyembuhan.

Pada manusia gejala terserang virus Hendra akan muncul 5 hari-12 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul seperti influensa dan encephalitis. Selain itu juga pernah dilaporkan gejala klinis yang muncul pada manusia berupa demam, myalgia, dan gangguan pernapasan. Orang terinfeksi karena kontak dengan kuda terinfeksi dapat sembuh sebelum penyakit berkembang sampai muncul gejala encephalitis yang bersifat fatal.

Baca Juga: Dulu Penuh Sampah, Lahan di Mojayan Klaten Kini Jadi Tempat Berkuda

Pencegahan pada kuda dilakukan dengan meminimalkan paparan terhadap jaringan dan sekresi rubah terbang. Pada padang pengembalaan tidak ditanami dengan pohon yang disukai oleh kelelawar untuk bersarang atau berdiam. Sisa pakan dan tempat penampungan air tidak ditempatkan di bawah pohon dimana kelelawar ditemukan.

Kuda dikandangkan pada waktu-waktu berisiko tinggi terhadap paparan infeksi. Bulan yang dianggap berisiko tinggi yaitu bulan Agustus-Januari dimana rubah terbang berkembang biak. Bangkai rubah yang ditemukan pada tempat pengembalaan harus dibakar atau dikubur untuk mencegah terjadinya penularan ke hewan lain.

Baca Juga: Arena Pacuan Kuda Mangkunegaran, dari Balapan ke Manahan

Agar virus Hendra tidak mewabah di Indonesia, peternak kuda harus mewaspadai hewan ternak yang terinfeksi. Kuda yang mengalami tanda-tanda terinfeksi virus Hendra harus diisolasi dan dilakukan pengendalian yang sangat ketat. Orang yang berinteraksi dengan kuda harus dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) untuk melindungi kulit, selaput lendir, dan mata terhadap infeksi virus Hendra.

Kandang juga harus dibatasi terhadap masuknya hewan liar seperti kucing. Nekropsi kuda yang terinfeksi harus dihindari atau dilakukan sesuai dengan panduan yang tepat. Tempat penguburan bangkai harus dijaga terhadap binatang liar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya