Soloraya
Jumat, 26 April 2024 - 16:01 WIB

Pemakaian Kantong Plastik Sekali Pakai di Pasar Tradisional Solo Masih Tinggi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang pedagang sate ayam di Jebres, Solo dengan membungkus makanan pesanan konsumen dengan menggunakan kantong plastik sekali pakai, Senin, (21/4/2024). (Candra Septian Bantara)

Solopos.com, SOLO– Hasil riset dari Yayasan Gita Pertiwi 2024 menunjukkan jumlah rata-rata pemakaian Kantong Plastik Sekali Pakai (KPSP) di beberapa pasar tradisional di Solo mencapai 22.260 buah per harinya. Kepraktisan dan belum adanya regulasi pembatasan KPSP dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menjadi penyebab.

Yayasan yang bergerak pada pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat tersebut sebelumnya telah melakukan riset selama 5 bulan mulai dari Oktober 2023-Februari 2024 di 5 pasar tradisional di Kota Bengawan. Kelima pasar tersebut adalah Pasar Jebres, Pasar Nongko, Pasar Purwosari, Pasar Singosaren dan Pasar Gading.

Advertisement

Dari data tersebut, diperoleh hasil bahwa rata-rata dalam sehari setiap satu pedagang di satu pasar menggunakan 42 buah KPSP. Sedangkan setiap pasar rata-rata ada 106 pedagang aktif.

Sehingga dalam sehari total rata-rata penggunaan KPSP di satu pasar tradisional mencapai 4.452 buah. Karena riset ini dilakukan di 5 pasar yang berbeda, maka hasil akumulatifnya adalah 22.260 buah KPSP yang dipergunakan.

Advertisement

Sehingga dalam sehari total rata-rata penggunaan KPSP di satu pasar tradisional mencapai 4.452 buah. Karena riset ini dilakukan di 5 pasar yang berbeda, maka hasil akumulatifnya adalah 22.260 buah KPSP yang dipergunakan.

Di antara lima pasar tradisional tersebut, pedagang Pasar Jebres adalah pengguna KPSP tertinggi di Solo. Rata-rata dalam seharinya tiap pedagang menggunakan 83 buah KPSP.

Lalu disusul pedagang Pasar Nongko dengan 66 buah, pedagang Pasar Gading 29 buah, dan pedagang Pasar Purwosari 22 buah. Sementara itu, pedagang pengguna KPSP harian terendah berada di Pasar Singosaren dengan 12 buah.

Advertisement

“Mereka (pedagang) tidak mau repot lagi. Tapi kami juga menemukan pedagang dan pembeli yang mencoba menggunakan kemasan ramah lingkungan namun mereka mengeluhkan harganya yang mahal dan ribet” jelas Titik saat dihubungi Solopos.com, Senin (21/4/2024).

Lebih lanjut, menurut Titik, kondisi seperti ini juga tak lepas dari tidak adanya regulasi yang spesifik dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang membatasi atau mengurangi penggunan kemasan plastik. Sehingga di lapangan penggunaan KPSP masih relatif masif.

“Solo itu sebetulnya punya Perda Nomor 4 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Sampah tepatnya di Pasal 20 ayat 2. Di sana hanya tertera “membatasi penggunaan barang berbahan plastik; dan/atau menghindari penggunaan barang dan/atau kemasan sekali pakai,” lha tapi bagaimana bentuk implementasinya, dan sanksinya apa tidak dijelaskan secara detail,” papar dia.

Advertisement

Oleh karena itu, hemat Titik, pembuatan Peraturan Wali Kota terkait pembatasan KPSP dan sejenisnya bisa jadi solusi. Dia pun mengaku saat ini Yayasan Gita Pertiwi tengah dalam proses menyusun policy brief (rekomendasi kebijakan) dan akan diberikan kepada Pemkot terkait pembuatan regulasi pembatasan KPSP dan sejenisnya.

Sementara itu, salah seorang pedagang di Pasar Jebres, Wulan, mengaku kaget saat melihat data tentang tingginya penggunaan KPSP di pasar tempat dirinya berjualan. Menurut dia, pemilihan KPSP sebagai wadah belanjaan karena lebih praktis dan murah dibandingkan kantong kemasan lain.

“Setelah ini saya akan mulai menawarkan kepada pembeli apakah mau kalau membawa wadah sendiri bila beli ke warung. Jika mau, tentu terbantu karena menghemat pengeluaran plastik,” terang dia.

Advertisement

Di sisi yang berbeda, Analis Muda Dinas Perdagangan (Disdag) Solo, Indar Wicaksana, mengatakan bahwa pihaknya menghadapi cukup banyak tantangan dalam mengurangi KPSP. Mulai dari keterbatasan sarana dan prasarana, sumber daya manusia.

“Namun begitu Disdag akan menggalakan SOP (Standard Operation Procedures) pengelolaan sampah pasar kepada pedagang dan warga pasar mulai dari pemelihan hingga pengelolaan melalui bank sampah,” ungkapnya dalam acara Workhsop Aliansi Zero Waste bersama Yayasan Gita Pertiwi beberapa waktu lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif