SOLOPOS.COM - Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi, saat diwawancarai wartawan di acara lepas sambut Kapolres Boyolali di Mapolres Boyolali, Jumat (20/1/2023). Ia mengungkapkan pernah menjadi penyidik KPK. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi, memastikan video viral mengenai seorang perempuan yang ditangkap dan dipotong rambutnya dengan narasi perempuan itu adalah penculik anak bukan terjadi di Boyolali.

Kapolres mengungkapkan telah melakukan penelusuran terhadap video yang beredar viral di grup-grup Whatsapp warga Boyolali itu. Penyebar video tersebut sebelumnya menyebut peristiwa itu terjadi di Ampel.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Entah apa pun namanya itu, tapi kami sudah cek kejadian tersebut tidak ada [di Boyolali],” ujar Petrus saat dihubungi Solopos.com, Rabu (1/2/2023). Ia mengungkapkan di dalam video tersebut terdengar kata ‘toju’ yang dalam bahasa Madura berarti duduk.

Logat Jawa yang digunakan juga cenderung bukan dari Jawa Tengah, sehingga Kapolres ragu peristiwa tersebut terjadi di Ampel, Boyolali. Dari informasi yang dikumpulkan kepolisian, jelas Petrus, kejadian itu sudah lama dan terjadi bukan di Ampel, Boyolali.

“Sejak beredar itu kami sudah memerintahkan Kapolsek Ampel untuk cek dan dilaporkan nihil,” kata dia. Dari tim Polsek Ampel, lanjut Petrus, dilaporkan tidak ada kejadian tersebut.

Sebelumnya diberitakan, video seorang perempuan yang ditangkap oleh masyarakat dan digunting rambutnya beredar melalui grup-grup Whatsapp warga Boyolali, Selasa (31/1/2023) malam. Perempuan berbaju serbahitam tersebut dinarasikan sebagai penculik anak yang ditangkap di daerah Ampel, Boyolali.

Beredarnya video itu membuat resah warga. Tak sedikit yang mempertanyakan kebenaran video itu, meskipun ada juga yang langsung menyebarkannya melalui grup Whatsapp lain atau status dan story Whatsapp.

Kapolres meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan apa yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Namun, ia juga meminta masyarakat untuk tidak lengah mengawasi anak-anak guna mengantisipasi hal-hal tak diinginkan seperti penculikan.

“Apalagi anak yang belum mandiri, karena kalau kita semua terlalu takut dan khawatir juga mengganggu psikologis anak dan juga menimbulkan keresahan masyarakat. Tapi juga harus antisipasi,” kata dia.

Ia mengatakan telah memerintah jajaran Polsek dan Babinsa untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menjaga anak-anaknya terutama yang belum bisa mandiri.

“Laporan terkait itu [penculikan anak] belum ada, tidak ada penculikan anak. Ada pun ada laporan dari Ampel itu anak hilang dan sudah kembali. Tapi orang [dewasa] ya bukan kategori kelompok umur anak, sudah 20 tahun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya