SOLOPOS.COM - Orang tua pemuda dan gadis SMP yang dijodohkan dengan mahar Rp500 juta. (Okezone)

Solopos.com, PINRANG — Viralnya video orangtua gadis SMP yang melamar seorang lelaki dengan mahar Rp500 juta berbuntut panjang.

Sang perempuan yang tak tahu orangtuanya melamar calon mempelai lelaki di-bully teman sekolahnya. Sang ayah pun melaporkan kasus itu dan meminta pendampingan hukum ke Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua P2TP2A Kabupaten Pinrang, Andi Bahtiar membenarkan adanya laporan yang dilakukan sang ayah calon mempelai perempuan. Dalam laporannya, sang ayah melaporkan kondisi anaknya yang mengalami tekanan psikis, akibat perundungan dari teman teman sekolah, pasca viralnya video lamaran tersebut.

“Akibatnya sang anak kini enggan untuk kembali bersekolah, dan kini lebih memilih tinggal bersama sang ayah,” jelas Andi saat dikonfirmasi Okezone, Kamis (2/12/2021).

Video suasana lamaran yang dilakukan kedua orang tua calon mempelai tersebut viral di media sosial.

Sebelumnya diberitakan, seorang gadis siswa kelas IX SMP di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan melamar pemuda idamannya dengan mahar Rp500 juta.

Lamaran itu disampaikan langsung oleh ibu si gadis, Hj. Asmira, kepada orang tua pemuda tersebut, Hj. Diana.

Baca Juga: Bocah SMP Lamar Pemuda Idaman Bawa Mahar Rp500 Juta, Begini Kisahnya 

Lamaran terhadap pemuda di Pinrang itu terbilang unik karena berbeda dengan adat Suku Bugis. Dalam tradisi Bugis, biasanya calon pengantin pria yang melamar wanita idamannya. Namun, kali ini Hj Asmira justru melamar pemuda itu untuk anaknya yang masih duduk di bangku SMP.

Asmira menyampaikan lamaran itu karena menyukai sifat pemuda yang hendak dijadikan calon menantu. Apalagi dia bersahabat dengan ibu pemuda tersebut.

Prosesi lamaran akhirnya digelar setelah kedua keluarga sepakat menjodohkan anak-anak mereka. Pihak mempelai wanita pun memberikan uang panai (mahar) sebesar Rp500 juta dan menyanggupi menyerahkan lima sak terigu dan gula pasir, serta 200 rak telur sebagai pelengkap lamaran.

“Anak saya dari pesantren. Enam tahun dia di sana. Langsung ke Jakarta, dia kuliah,” jelas Hj. Diana.

Menariknya, lamaran tersebut tidak diketahui oleh si bocah SMP maupun pemuda tersebut. “Ini urusan orang tua, anak tidak tahu,” jelas Hj Asmira.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya