SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus corona. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Varian Mu diprediksi bisa menurunkan efikasi vaksin Covid-19. Hal ini disebabkan varian baru virus corona tersebut dapat beradaptasi dengan perlindungan antibodi yang diciptakan dari imunisasi usai vaksinasi.

Perkiraan bahwa varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin itu diungkapkan oleh Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono. “Varian Mu punya protein yang bisa beradaptasi terhadap antibodi, jadi menurut saya karena adaptasi itu dia bisa tahan sedikit, jadi semua vaksin akan menurun efikasinya, sama dengan variant of interest lain,” kata Yunis seperti mengutip Bisnis.com, Kamis (9/9/2021).

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sebagai variant of interest (VoI) dengan kriteria, yakni varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan memengaruhi karakterisitk virus, seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, dan pelepasan diagnostik.

Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster  Covid-19, di banyak negara dengan prevalensi relatif yang meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu, atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global. Adapun saat ini varian yang masuk daftar VoI adalah varian Eta, Iota, Kappa, Lambda, dan Mu.

Baca Juga: Simak! Tips OJK agar Rekening Terhindar dari Pembobolan

Bersamaan dengan itu, guna mencegah masuknya varian Mu ke Indonesia pemerintah pun tidak mengizinkan pendatang dari Kolombia maupun negara-negara yang memiliki kasus temuan varian Mu untuk masuk ke Indonesia.

Di samping itu, pemerintah juga terus melakukan surveilans pengurutan genom virus atau whole genom sequencing untuk melacak keberadaan virus tersebut di tengah masyarakat.

Telah lahir varian baru Covid-19 dengan menggunakan sistem penamaan alfabet Yunani. Sistem ini digunakan oleh  WHO untuk melacak mutasi baru virus penyebab Covid-19. Namun, para ilmuwan tetap masih fokus kepada varian Delta yang masih mendominasi di seluruh dunia, sambil melacak varian lain sebagai bentuk kewaspadaan. Delta yang lahir di India menyebabkan kekhawatiran lanjutan. Dibanyak negara, Delta berhasil meningkatkan penularan, menyebabkan penyakit yang lebih parah dan mengurangi manfaat vaksin. Menurut seorang ahli virologi di La Jolla Institute for Immunology di San Diego, Shane Crotty, “kekuatan super” Delta adalah kemampuan menularnya.

Baca Juga:  Bengawan Solo Mengandung Limbah Industri Ciu, Kenali Ciri-Ciri Air Tercemar

Peneliti China menemukan bahwa orang yang terinfeksi Delta membawa virus 1.260 kali lebih banyak di hidung mereka dibandingkan dengan versi asli virus corona. Beberapa penelitian AS menunjukkan bahwa viral load pada individu yang divaksinasi lalu terinfeksi Delta setara dengan mereka yang tidak divaksinasi, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut. Sementara virus corona asli membutuhkan waktu hingga tujuh hari untuk menimbulkan gejala, Delta dapat menyebabkan gejala dua hingga tiga hari lebih cepat.

Virus lain adalah Lambda yang diidentifikasi di Peru pada Desember 2020. Namun, varian Lambda sudah mulai surut secara global, selama empat pekan terakhir di bulan Juni menurut data oleh GISAID, database yang melacak varian SARS-CoV-2. Varian paling baru adalah Mu varian yang sebelumnya dikenal sebagai B1621, kali pertama diidentifikasi di Kolombia pada Januari. Pada 30 Agustus, WHO menetapkannya sebagai varian bunga karena beberapa mutasi nya, dan memberikannya nama dengan huruf Yunani. Mu membawa mutasi kunci, termasuk E484K, N501Y dan D614G, yang telah menyebabkan peningkatan penularan dan penurunan perlindungan kekebalan.

Baca Juga: Hindari Makanan dan Minuman Ini Saat Perut Anda Kosong

Badan kesehatan global mengatakan terus memantau Mu untuk perubahan di Amerika Selatan, terutama di daerah di mana ia bersirkulasi bersama dengan varian Delta. Dalam jumpa pers pekan lalu, kepala penasihat medis Gedung Putih Dr Anthony Fauci mengatakan para pejabat AS mengawasinya, tetapi sejauh ini Mu tidak dianggap sebagai ancaman langsung. Dengan ditemukannya beragam varian, sangat penting untuk lebih banyak orang yang divaksinasi. Karena kelompok besar orang yang tidak divaksinasi memberi virus lebih banyak kesempatan untuk menyebar dan bermutasi menjadi varian baru.

“Namun, saat ini vaksin hanya untuk mencegah penyakit dan kematian bukan untuk menghindari dari infeksi. Untuk mengalahkan SARS-CoV-2 kemungkinan akan membutuhkan vaksin generasi baru yang juga memblokir penularan,” menurut pengembang vaksin di Mayo Clinic, Gregory Poland. Sampai saat itu, Gregory Poland dan para ahli lainnya mengatakan dunia tetap rentan terhadap munculnya varian baru virus corona.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya