SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (kiri) disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). (Youtube-BPMI)

Solopos.com, JAKARTA — Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan vaksin Sinovac kurang efektif dijadikan booster untuk melawan  virus corona varian Delta pemicu Covid-19 jenis terbaru.

Dicky mengungkapkan bahwa dirinya menjadi salah satu orang yang mengusulkan pentingnya pemberian vaksin ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan. Epidemiolog itu mengungkapkan adan dua hal yang menjadi pertimbangan tidak menggunakan vaksin Sinovac sebagai booster untuk melawan varian Delta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pertama, walaupun data masih di lapangan, [menunjukkan] bahwa kecenderungan setelah enam bulan vaksin Sinovac ini menurun,” kata Dicky, dalam acara Podcast Ruang Tamu yang bertema ‘Pantaskah Vaksin Diperjualbelikan?’ di kanal Youtube Holopis Channel, Kamis (15/7/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Ini Gejala & Ciri-Ciri Terinfeksi Virus Corona Varian Delta

Kedua, Dicky melihat situasi Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tsunami virus corona varian delta. Seperti diketahui, penyebaran virus corona varian delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan dengan virus corona varian alpha.

Dia mengatakan sangat terlihat kecenderungan vaksin Sinovac kurang efektif. “Saya bilang kurang efektif, bukan tidak efektif. Alasannya karena sebagian masih terlihat memberikan proteksi, tetapi karena sebagian dari tenaga kesehatan ada yang wafat,” ungkapnya.

Bahkan, lanjut Dicky, para tenaga kesehatan sudah menerima vaksin secara penuh yang terinfeksi Covid-19. Hal ini menunjukkan proteksi vaksin Sinovac sangat rawan terhadap varian baru virus corona.

Vaksin Moderna

“Jadi, prinsip situasi kritis itu ambil skenario terburuk. Itulah sebabnya saya mengusulkan harus diberi proteksi tambahan,” ucapnya.

Dicky mengungkapkan vaksin Sinovac tidak memungkinkan sebab membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan booster yang dapat mengantisipasi virus corona varian delta. Karena itu, dia mendukung langkah Kemenkes menggunakan Moderna sebagai booster atau vaksin ketiga bagi tenaga kesehatan.

“Spanyol dan Uni Emirat Arab [UEA] melakukan kombinasi dengan messenger RNA [mRNA] yang jelas lebih efektif. Sejauh ini tidak ada data yang mengkhawatirkan,” ujarnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya