SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapatkan Penghargaan Menteri Terbaik Dunia dalam World Government Summit di Dubai, UAE, Minggu (11/2/2018). (kemenkeu.go.id)

Sri Mulyani menjawab pertanyaan tentang utang pemerintah Indonesia disorot, termasuk oleh media global.

Solopos.com, JAKARTA — Utang pemerintah Indonesia terus merangkak naik. Nilai utang yang mendekati angka Rp4.000 triliun yang kerap disebut untuk membiayai pembangunan infrastruktur itu memang masih jauh di bawah ambang batas rasio utang, namun mulai disorot dunia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Membangun ekonomi diibaratkan seperti Anda maraton, bukan seperti lomba lari sprint. Tetapi pelari juga harus dapat menambah kecepatan dalam setiap kilometernya,” kata Menteri Keuangan Sri mulyani Indrawati, dalam acara High-Level International Conference di Jakarta, Selasa (27/2/2018). Baca juga: Bocornya Surat Tentang Peringatan Utang PLN, Ancaman Gagal Bayar?

Saat itu, Sri Mulyani ditanya oleh Presenter and Executive Producer Channel NewsAsia, Chloe Cho, tentang keadaan utang pemerintah Indonesia yang perlahan meningkat. Maksud Menkeu, pemerintah sadar betul akan risiko mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan utang dapat membahayakan.

Namun, penggunaan utang diperlukan untuk menstimulasi pertumbuhan, yang mana saat ini ekonomi Indonesia sangat membutuhkannya. “Utang hanya counter cyclical bagi kami [ekonomi Indonesia],” imbuhnya. Baca juga: Risiko BUMN Gagal Bayar, Rasio Utang Negara Bisa Tembus 60%.

Adapun, berdasarkan catatan Bisnis/JIBI, posisi utang pemerintah pada awal 2018 mencapai Rp3.958,6 triliun, atau mendekati angka Rp4.000 triliun. Sementara itu, jika melihat dari rasio utangnya hanya 29,1%, yang mana masih dalam range yang diizinkan oleh UU keuangan negara pasal 12 ayat 3, maksimum 60% terhadap PDB.

Walaupun demikian, utang pemerintah perlahan mulai terkerek naik, dan hari ini, Selasa (27/2/2018), pemerintah juga kembali melakukan lelang SUN dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2018 dengan target Rp17 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan peningkatan utang negara merupakan respons dari dampak shock di luar negeri yang membuat harga komoditas jatuh, lalu melemahkan perdagangan luar negeri. “Di saat tersebutlah pemerintah masuk, dengan meningkatkan belanjanya [yang bersumber dari utang],” katanya. Baca juga: Sri Mulyani Tahan Persentase Utang di Bawah 30% PDB.

Namun hal yang paling penting, kata Sri Mulyani, adalah konsep perbaikan ekonomi yang diusung oleh pemerintah saat ini adalah dengan meningkatkan belanja infrastruktur, dan edukasi untuk membangun sumber daya manusia yang lebih mumpuni.

Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, pemerintah aktif dalam menerbitkan banyak kebijakan yang membuat kinerja ekonomi semakin banyak menarik. “Contohnya, EODB kami membaik, rangking comptitiveness index kami naik, kami juga juga mendapat perbaikan peringkat utang jangka panjang dari seluruh rating agency, ini semua progres dari kerja kami selama ini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya