SOLOPOS.COM - Nur Syamsu, jamaah Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur, Jakarta menginvestasikan dana Rp5,6 miliar dalam bisnis batu bara Ustaz Yusuf Mansur. (Youtube Thayyibah Channel)

Solopos.com, JAKARTA — Jauh sebelum membuat investasi patungan usaha hotel apartemen dan patungan aset pada 2012, Ustaz Yusuf Mansur sudah membuat investasi bisnis batu bara di Kalimantan Selatan pada 2009.

Investasi itu digalang di Masjid Darussalam, Kota Wisata Cibubur, Jakarta Timur. Investor yang diajak adalah jamaah Masjid Darussalam yang notabene dari kalangan menengah ke atas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Investasi bernilai miliaran rupiah tersebut kini tidak ada kejelasan. Ada sekitar 250 orang yang menginvestasikan dana hingga lebih dari Rp50 miliar.

Mirisnya, ada beberapa investor yang menjual rumah untuk investasi. Setelah uang tidak kembali, kini mereka tinggal di rumah kontrakan.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebagian dari ratusan investor tersebut sedang bersiap untuk menggugat Ustaz Yusuf Mansur.

Kepada Solopos.com, Yusuf Mansur menegaskan dirinya tidak pernah menipu dalam bisnis batu bara di Kalimantan Selatan pada 2009.

Informasi yang dihimpun Solopos.com menyebutkan, untuk bisa berhubungan dengan jemaah Masjid Darussalam, Ustaz Yusuf Mansur menggandeng Bank Muamalah wa Tanwil (BMT) Darussalam Madani yang ada di masjid tersebut.

Pada 18 September 2021 Heri Muhammad Yusuf mewancarai sejumlah jemaah masjid yang sudah berkoordinasi dengan pengacara untuk menggugat Ustaz Yusuf Mansur. Wawancara itu diunggah di kanal Youtube Thayyibah Channel dan Solopos.com diperkenankan untuk mengutipnya, Selasa (21/12/2021).

Baca Juga: Eks EO: Ustaz Yusuf Mansur Tak Pernah Minta Honor Tapi Sedekah Dibawa 

Salah satu investor bernama Zaini Mustofa. Ia mengaku awalnya tidak tertarik saat Yusuf Mansur tampil di mimbar masjid tersebut untuk presentasi tentang bisnis batu bara.

“Ustaz Yusuf Mansur naik ke mimbar utama. Beliau bercerita didatangi seorang pengusaha sukses yang menyumbang untuk Ponpes Daarul Quran. Namanya Ardiansyah. Ardiansyah sedekah pakai plastik kresek, isinya Rp2,5 miliar. Pengusaha itu bilang akan membantu ponpes tapi syaratnya Ustaz ikut investasi. Karena tidak mempunyai uang, Ustaz mengajak jemaah untuk ikut investasi. Beliau bilang ‘ane tidak ingin kaya sendiri, maunya kaya bareng-bareng’,” ujarnya.

Mustofa menuturkan, Ustaz Yusuf Mansur saat itu menyebutkan setiap satu kapal tongkang batu bara senilai Rp2,8 miliar, keuntungan yang didapatkan mencapai 35% atau sekitar Rp800 juta.

Dari bagian 35% itu investor mendapat 25% dan yang 10% menjadi milik Ponpes Daarul Quran.

Beberapa hari setelah presentasi pertama, Yusuf Mansur datang lagi ke masjid tersebut dengan mengajak serta Ardiansyah, pengusaha batubara yang diceritakannya.

“Untuk membuat kami percaya, Ardiansyah mengajak belasan jemaah yang tertarik ke Kalimantan Selatan untuk meninjau perusahaan batu bara yang dijanjikan. Di sana mereka dijamu dengan sangat bagus dan islami. Diajak salat dhuha di masjid dulu terus dibawa ke lokasi pakai mobil Alphard,” katanya.

Singkat cerita, sejumlah jemaah Masjid Darussalam tertarik dan mulai menginvestasikan uang dengan nominal ratusan juta rupiah. Dibentuklah Forum Jamaah Jabal Nur (JBN) yang menjadi wadah bagi para investor batu bara. Berselang bulan pembagian hasil dari investasi batu bara itu berjalan lancar.

“Jamaah terbius. Setiap bulan diadakan pengajian oleh JBN, dipisahkan dari pengajian masjid. Satu bulan sekali pengajian JBN dari rumah ke rumah anggota, konsumsi ditanggung JBN. Cukup menggiurkan. Yang sudah ikut investasi dikasih cash and carry, yang inves Rp1M dapat Rp250 juta pakai kantong plastik. Jamaah yang lain pun akhirnya tertarik sehingga ikut berinvestasi. Jumlah totalnya sekitar 250 orang,” katanya.

Setelah jumlah jamaah bertambah mulai timbul masalah. Pembagian hasil hanya berlangsung hingga bulan ketiga. Bulan keempat dan seterusnya tidak pernah lagi ada pembagian hasil sementara uang yang mereka tanam juga tidak ada kejelasan.

Baca Juga: Aagym dan Arifin Ilham Pernah Damaikan Puspo Wardoyo dan Yusuf Mansur 

“Saya menjual rumah laku Rp700 juta. Yang Rp500 juta untuk investasi, yang Rp200 juta untuk biaya hidup dan mengontrak rumah. Di bulan pertama saya mendapat bagian keuntungan Rp50 juta, bulan kedua Rp8 juta dan bulan ketiga hanya Rp1 juta. Setelah itu hilang,” ujar investor lainnya, Nur Kholiq.

Hingga tahun 2021 ini Nur Kholiq masih tinggal di rumah kontrakan. Uang tunai Rp500 juta yang ia investasikan ke bisnis batu bara itu tidak jelas nasibnya.

“Waktu (pembagian hasil) melorot itu saya anggap sebagai risiko bisnis. Namanya bisnis ya naik turun. Apalagi setiap bulan dicekoki ayat-ayat di forum pengajian JBN itu. Kami tidak ada prasangka apa-apa karena saat dulu dicek dokumen-dokumen perusahaan itu lengkap dan terkesan resmi. Tapi begitu dicek oleh orang-orang hukum semuanya bodong,” keluh pria yang sehari-hari menjadi dai di Cibubur itu.

Nur Kholiq mengatakan rata-rata jemaah terhipnotis untuk ikut investasi itu karena sosok Ustaz Yusuf Mansur yang terkenal sebagai dai kondang.

“Beliau cucu kiai besar (ulama era kemerdekaan, K.H. Mas Mansur). Kalau kakeknya kiai pasti cucunya juga dididik bener. Apalagi kalau beliau ceramah kan memukau sekali,” katanya.



Salah satu jemaah masjid yang berinvestasi dengan nilai besar adalah Nur Syamsu. Dari tahun 2009 hingga 2012, total ia berinvestasi Rp5,6 miliar melalui pengurus BMT Darussalam Madani. Sama dengan jemaah yang lain, ia mendapat bagian besar di bulan pertama lalu menurun di bulan-bulan berikutnya.

“Awalnya naruh Rp400 juta. Kalau totalnya sekitar Rp5,6 miliar. Saya diprospek langsung oleh owner-nya, Ardiansyah dan Farid. Saya merasa diistimewakan, diajak meeting ke Senayan, diajak ke Kalimantan,” ujarnya.

Sama dengan ratusan investor lainnya yang kehilangan uang, kini ia ikut bergerak untuk memperjuangkan nasib dengan meminta tanggung jawab Yusuf Mansur.

“Ketika ruhani dinaikkan akalnya hilang. Korbannya ada yang doktor, pengusaha, orang-orang pinter. Sekarang saya hidup mengontrak,” katanya.

Repotnya, saat mendapat bagi hasil besar di bulan pertama itu ada beberapa jemaah yang lantas mengajak orang lain untuk turut berinvestasi. Saat akhirnya bisnis tersebut menguap, mereka menjadi kebingungan karena digugat oleh orang-orang yang mereka ajak.

Dua orang yang kebingungan tersebut adalah Heri Mustofa dan Ngadiman. Ngadiman bahkan sampai harus mengembalikan uang orang yang diajaknya berinvestasi dengan nominal hampir Rp1 miliar.

Tidak Menipu

“Ada empat orang yang saya ajak. Saya sanggup mengganti tapi dengan mencicil. Nilai totalnya Rp950 juta. Alhamdulillah sekarang sudah selesai,” katanya.

Solopos.com meminta konfirmasi kepada Ustaz Yusuf Mansur terkait tudingan dirinya menipu dalam investasi batu bara di Kalimantan Selatan. Dai dengan konsep keajaiban sedekah itu membantahnya. Ia berkomentar singkat.

“Saya sudah tahu. Mangga aja ditulislah. Terserah,” katanya melalui pesan Whatsapp beberapa hari lalu.

Dalam klarifikasi yang diunggah di kanal Youtube Daqu Channel, Yusuf Mansur menegaskan dirinya tidak pernah menipu dalam bisnis batu bara di Kalimantan Selatan pada 2009.

“Soal tipu menipu mah kagak. Soal batu bara saya dibilang nipu, kagak. Dari dulu malah saya ngalah mulu, ikut ganti ikut bayar beberapa orang, malah ada satu orang Rp23 miliar itu. Saya juga gak tahu dapat duit dari mana itu bisa ganti. Belum yang lain-lain itu, yang nyelonong ke rumah saya, kalau sekarang mah enggak. Kalau sekarang ada yang mau mempermasalahkan ke polisi aja udah, buktiin di sono aja udah. Selama ini juga ke polisi melulu, pakai pengacara melulu ya gak apa-apa,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya