SOLOPOS.COM - Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Usil di Borobudur sekali ini terjadi. Entah apa hubungannya, ulah menggeser batu hingga embat sarung berujung kesurupan.

Solopos.com, MAGELANG — Kesurupan yang dialami puluhan siswa SMAN asal Kabupatan Tangerang di Jogja setelah menggeser batu di Candi Borobudur, Magelang, mengingatkan pada pelanggaran-pelanggaran larangan di kawasan cagar budaya itu. Ulah usil para siswa itu bukan kali pertama terjadi di Borobudur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Borobudur merupakan salah satu kawasan objek wisata yang menerapkan beberapa batasan atau larangan. Pengunjung dilarang menjahili benda-benda di sana, termasuk mencorat-coret atau memanjat stupa. Ada pula larangan mengenakan celana atau rok pendek dan kewajiban untuk mengenakan sarung bagi para pengunjung.

Sayangnya, banyak orang yang melanggar larangan itu. Di media sosial, ada foto-foto yang menunjukkan masih ada orang yang memanjat stupa yang sebenarnya dilarang. Bahkan sarung yang disediakan petugas candi untuk dikenakan pengunjung, justru dibawa pulang.

Meski tak ada bukti bahwa kejadian kesurupan massal puluhan siswa asal Tangerang di hotel Jogja dengan ulah mereka di Borobudur, perbuatan usil tetap dilarang. Hal serupa ternyata kerap terjadi di lokasi sakral tersebut.

“Kami juga prihatin mengenai kejadian itu, dan memang kejadian seperti ini bukan yang pertama kali. Ini kan tempat yang sakral, jadi tidak boleh main-main,” ujar Kepala Operasional Borobudur Krisna, Kamis (5/5/2016), dikutip Solopos.com dari Detik.

Krisna sempat menceritakan beberapa peristiwa yang terkadang sulit diterima akal sehat. Seperti saat beberapa orang pengunjung yang terpaksa kembali ke kawasan candi untuk mengembalikan sesuatu yang bukan miliknya.

“Kalau ingin ke kawasan candi, tamu yang menggunakan celana pendek harus menggunakan sarung. Namun banyak juga yang membawa sarung tersebut pulang. Waktu itu ada kejadian, seorang pengunjung yang sudah kembali ke hotelnya terlihat linglung, ternyata setelah diselidiki dia membawa pulang sarung yang dipinjam,” kata dia.

“Setelah dibawa kembali ke Borobudur orang tersebut baru sadarkan diri. Ini di luar nalar saya, tapi memang kejadiannya seperti itu,” sambung Krisna.

Kasus puluhan siswa SMAN Kabupaten Tangerang juga telah didengarnya. Dia mendapat informasi bahwa beberapa siswa menggeser batu dan tidak mengembalikan ke tempat semula.

“Beritanya memang mereka menggeser-geser batu. Namun kesurupan massal ini kami juga tidak mengetahui dengan pasti penyebab pastinya apa, karena terjadi setelah mereka tiba di Yogyakarta, terjadi di hotel, bukan di Borobudurnya,” jelas Krisna.

Baca juga: Batu Borobudur Digeser, Puluhan Siswa Tangerang Kesurupan Massal di Jogja.

Peristiwa kesurupan itu terjadi pada Rabu (4/5/2016) sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu, mereka baru saja selesai mengunjungi beberapa objek wisata, salah satunya Candi Borobudur. Rombongan pelajar kelas XI itu menginap di salah satu hotel di Jl. Veteran, Umbulharjo, Jogja.

Sekitar pukul 18.00 WIB, peserta selesai mengikuti karya wisata dan masuk ke hotel untuk beristirahat. Namun tiba-tiba ada seorang siswi yang terjatuh kemudian berteriak-teriak menjerit. Tidak lama berselang, peserta lainnya terutama siswa perempuan bergantian menjerit seperti kesurupan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya