SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati suasana di Pantai Gading Purba Rumah Makan Nila Kencana dekat Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, belum lama ini. (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI—Pada era sekarang ini menjalankan usaha kuliner dinilai tak cukup hanya menjual rasa. Jika tak dikembangkan tempat usaha bakal ditinggalkan konsumen. Oleh karena itu, perlu inovasi untuk memenuhi selera konsumen.

Hal itu disampaikan pelaku usaha kuliner di kawasan Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Sugiyanto, belum lama ini. Pemilik Rumah Makan Nila Kencana itu mengatakan tantangan usaha selama pandemi Covid-19 ini berat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Terlebih, usaha yang didirikan pada masa sulit tersebut. Ini becermin pada usaha yang dibukanya pada Agustus 2020 lalu. Dia menceritakan, awalnya dia mendirikan rumah makan olahan ikan seperti rumah makan pada umumnya.

Baca Juga: Puji Nabila, SDN 3 Pokoh Kidul Wonogiri Sudah Bagikan Buku Pelajaran

Pada awal buka omzet mencapai Rp500.000/hari. Dua bulan berjalan usaha mulai meredup.

Suatu ketika ada konsumen yang ingin melihat waduk. Sayangnya waduk tidak bisa dilihat secara jelas dari rumah makan. Lalu Sugiyanto memiliki ide membuka tempat makan di dekat waduk yang berada di belakang rumah makannya.

Dengan berusaha sedikit lebih keras akhirnya dia bisa membuka akses menuju lokasi. Kemudian dia membuat satu tempat makan di tepi waduk yang merupakan lahan milik Perum Jasa Tirta.

Baca Juga: Tes Tulis Seleksi Perdes di Wonogiri Belum Final, antara Manual dan CAT

Setelah lokasi itu dipromosikan banyak konsumen yang datang. Seiring berjalannya waktu tingkat penjualan semakin meningkat.

Kemudian Sugiyanto mengembangkan tempat makan di area sekitarnya menjadi seperti tempat wisata berkonsep alam yang diberi nama Pantai Gading Purba. Luasnya itu lebih kurang 1.000 m2.

Sugiyanto sudah memproses izin pemanfaatan lahan. Otoritas Perum Jasa Tirta memintanya merevisi dokumen terlebih dahulu. Dia memastikan akan melengkapi semua persyaratan yang disyaratkan.

Baca Juga: Ini Sosok Mbah Dirno, Peracik Tiwul Kekinian di Ngerangan Klaten

 

Konsep Tradisional

Setelah ada Pantai Gading Purba ini omzet yang diperoleh Sugiyanto bisa mencapai Rp2 juta/hari. Momentum Lebaran kedua, Mei lalu ramai pengunjung. Omzet dalam satu hari itu mencapai Rp10 juta.

“Konsumen zaman sekarang ingin hal yang lebih dari sekadar makan. Menurut saya inovasi di dunia usaha kuliner saat ini adalah keharusan, agar tetap diminati konsumen. Apalagi usaha kuliner banyak kompetitornya. Seperti di kawasan waduk [WGM] ini banyak sekali rumah makan olahan ikan,” ucap Sugiyanto yang juga memiliki usaha budi daya ikan nila di WGM itu.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, ada sejumlah rumah makan yang saat ini tak sekadar menyuguhkan makanan, seperti Pondok Makan Tebing Grenjengan di kawasan WGM. Pengelola rumah makan, Lintang Widi Wardana, 20, membangun rumah makan dengan konsep tradisional.

Baca Juga: Gelar Hajatan saat PPKM, Camat di Wonogiri Berdalih Tak Sebar Undangan

Tempat makan dibangun menggunakan kayu jati asli yang biasanya sebagai struktur kandang sapi. Tebing di dekat rumah makan diberi ornamen untuk mempercantik rumah makan.

Mayoritas menu yang ditawarkan adalah menu tradisional, seperti sego tiwul, nasi bancakan, nasi asul-asul, sayur lombok hijau, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya